Bagi Naiska Cheung, lulus dari Universitas Yale sebagai dokter adalah puncak pencapaian tertinggi. Pencapaian itu jauh lebih besar dari sekadar sebuah ijazah tetapi merupakan kemenangan atas perjuangan yang panjang dan sulit. Kisah berikut bukan merupakan dongeng. Ini adalah kisah perjuangannya untuk mengatasi kesulitan sampai titik akhir.
Naiska Cheung Martinez mengatakan dia masih agak terkejut bahwa dia diterima untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Yale.
“Saya kira sedikit berbeda bagi saya memasuki program studi kedokteran di mana banyak rekan saya takut dengan apa yang akan dihadapi. Saya merasa lega dengan apa yang telah saya berhasil saya atasi," kata Naiska.
Kehidupan nyata jauh lebih sulit daripada sekolah. Dia menjadi seorang ibu pada usia enam belas tahun.
Sebagai orang tua tunggal dengan masa lalu yang sulit, teman-teman menjadi keluarga pilihannya.
“Tidak memiliki dukungan dari orang-orang yang melahirkan kita ke dunia ini, orang-orang yang seharusnya ada di sana setiap saat. Sebagian orang lain akan menyerah," kata Maria Markopoulo, seorang teman dekatnya
Berumur 17 tahun dengan seorang bayi, Cheung berhasil lulus dari sekolah menengah atas dan mendaftar di community college, perguruan tinggi dua tahun. Tetapi segalanya berubah ketika ibunya pindah ke Puerto Riko. Cheung dan bayinya tidak punya tempat tinggal lagi. Dia tinggal bersama teman-teman, lalu di sebuah motel.
“Tetapi itu terlalu mahal, dan kemudian saya tinggal di mobil, mobil saya, bersama putri saya," kata Naiska.
BACA JUGA: Corona Buat Lulusan Sarjana AS Khawatirkan Masa DepanDengan tiga pekerjaan sekaligus, kuliah, menyeimbangkan mengasuh anak dengan teman-teman, impiannya untuk mencapai gelar tampaknya jauh dari jangkauan.
“Butuh waktu lima tahun untuk mendapatkan gelar diploma dua saya, dan saya sangat senang sebagai teknisi sinar-X. Tapi, saya sepertinya ingin bisa berbuat lebih banyak," kata Naiska.
Oleh karena itu dia kembali ke bangku kuliah sambil bekerja di tiga rumah sakit dan mengikuti kuliah daring sebelum kembali ke bangku kuliah secara purna waktu.
Teman-teman Naiska turun tangan untuk membantunya lagi, seperti disampaikan oleh Maria Markopoulo, seorang sahabatnya.
BACA JUGA: Dampak Covid-19: Kampus di AS Batasi Pendaftaran Mahasiswa Asing"Ketika dia kuliah, dia juga bekerja. Pada musim panas dia bekerja di satu tempat dari pukul sebelas pagi hingga tujuh malam, dan kemudian menyambung di tempat lain untuk bekerja sampai pagi," kata Maria.
Pada tahun 2016, ia lulus dengan gelar B.S. (Sarjana) dengan nilai indeks prestasi 4.0, dan siap untuk kuliah kedokteran
“Kemudian keajaiban terjadi, begitulah saya kira cara terbaik mengatakannya, dan saya diterima di Yale dan program yang telah menempatkan saya pada daftar tunggu dua kali sebelumnya dan semua program lain yang saya lamar," kata Maria.
Di Universitas Yale, Naiska Cheung, seorang penutur asli bahasa Spanyol, mengadvokasi komunitas hispanik dan populasi rentan lainnya, dan pada upacara wisuda ia menerima penghargaan kepemimpinan.
“Saya kira kemampuan Naiska untuk menghadapi tantangan pada tataran pribadi telah membuatnya sangat fleksibel, sangat berbelas kasih kepada sesama," kata Rossana Gonzalez-Colaso, guru besar dan pembimbing Naiska Cheung di Universitas Yale.
Pandemi virus corona telah membuat klinik Cheung untuk menyesuaikan diri dengan krisis yang sedang berlangsung, menguji seorang lulusan baru untuk menyesuaikan latar belakang pendidikan dan pelatihannya dengan kondisi medis yang berbeda.
Naiska Cheung Martinez mengatakan dia siap menghadapi tantangan baru itu, setelah akhirnya mencapai garis akhir, gelar terakhir. [lt/jm]