Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia memiliki persediaan bom klaster atau bom tandan yang cukup. Ia menegaskan Moskow berhak menggunakannya jika bom tersebut, yang dia anggap sebagai kejahatan, digunakan Kyiv untuk melawan pasukan Rusia di Ukraina.
Ukraina mengatakan pada Kamis bahwa mereka telah menerima pasokan bom klaster dari Amerika Serikat (AS), negara pendukung militer terbesarnya. Washington menyebut bom itu diperlukan untuk menggantikan kekurangan peluru yang dihadapi pasukan Kyiv pada saat melakukan serangan balasan.
Bom klaster dilarang di lebih dari 100 negara karena bom tersebut biasanya melepaskan sejumlah besar bom kecil yang dapat membunuh dengan jangkauan yang luas. Beberapa di antaranya biasanya tidak langsung meledak dan dapat menimbulkan bahaya selama beberapa dekade, terutama bagi anak-anak.
Kyiv mengatakan akan menggunakan bom klaster untuk mendistraksi konsentrasi tentara musuh ketika Ukraina mencoba merebut kembali wilayahnya sendiri. Namun Ukraina memastikan tidak akan menggunakan bom tersebut di wilayah Rusia.
Putin mengatakan kepada TV pemerintah bahwa Moskow akan menanggapi dengan cara yang sama jika diperlukan.
"Saya ingin mencatat bahwa di Federasi Rusia ada persediaan yang cukup dari berbagai jenis bom klaster. Kami belum menggunakannya. Namun tentu saja, jika bom-bom tersebut digunakan melawan kami, kami berhak untuk mengambil tindakan balasan,” tukasnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Putin mengatakan dia menganggap penggunaan bom klaster sebagai kejahatan dan menegaskan bahwa Rusia sejauh ini belum perlu menggunakannya sendiri meskipun pernah mengalami masalah amunisi di masa lalu.
Human Rights Watch menyatakan baik Moskow maupun Kyiv telah menggunakan bom klaster. Rusia, Ukraina, dan AS belum bergabung dalam Konvensi Bom Klaster, yang melarang produksi, penyimpanan, penggunaan, dan transfer senjata tersebut. [ah]