Raksasa militer AS Norman Schwarzkopf, yang dikenal karena memimpin Perang Teluk pertama pada 1991, tutup usia pada usia 78 tahun.
WASHINGTON —
Komandan militer Operasi Badai Gurun, Norman Schwarzkopf, meninggal dunia Kamis (27/12) pada usia 78 tahun di Tampa, negara bagian Florida, karena komplikasi radang paru-paru.
Schwarzkopf mengomandoi lebih dari 540.000 pasukan Amerika Serikat dan 200.000 pasukan sekutu pada perang enam minggu yang mengusir pasukan Saddam Hussein dari Kuwait pada 1991.
Beberapa ahli memuji rencana Schwarzkopf untuk mengecoh dan mengepung pasukan Saddam dengan gerakan menyapu berlapis baja sebagai salah satu pencapaian terbaik dalam sejarah militer. Manuver tersebut mengakhiri perang di darat selama hanya 100 jam.
Mantan Presiden AS George H.W. Bush, yang membangun koalisi internasional melawan Irak untuk menginvasi Kuwait, mengatakan ia dan istrinya “berduka cita karena kehilangan patriot Amerika sesungguhnya dan salah satu pemimpin militer terbaik pada generasinya,” menurut pernyataan yang dirilis juru bicaranya.
Bush sedang dirawat di unit intensif sebuah rumah sakit Houston, Texas, sejak akhir November.
Dalam pernyataan tertulis, Gedung Putih menyebut Schwarzkopf "orang Amerika sesungguhnya” dengan “warisan yang akan bertahan di negara yang menjadi lebih aman karena baktinya yang patriotik.”
Schwarzkopf ditunjuk sebagai komandan Komando Pusat AS di Basis Angkatan Udara MacDill di Tampa pada 1988, membawahi markas besar militer dan keamanan itu untuk isu-isu di 24 negara di Timur Tengah sampai Afghanistan dan Asia Tengah, termasuk Pakistan.
Seorang veteran Perang Vietnam, Schwarzkopf memiliki karir militer yang berwarna dengan memimpin koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat. Namun ia tidak menonjolkan diri dalam debat publik mengenai Perang Teluk kedua melawan Irak, dengan mengatakan bahwa ia ragu kemenangan akan diraih dengan mudah seperti yang diperkirakan oleh Gedung Putih dan Pentagon.
Schwarzkopft dijuluki sebagai “Stormin Norman” karena perangainya yang meledak-ledak. Tahun 1991 ia memimpin Operasi Badai Gurun yang membebaskan Kuwait dari pasukan Saddam Hussein.
Schwarzkopft yang memiliki banyak bintang tanda jasa ini tinggal di Tampa, dimana ia menjalankan tugas terakhir militernya sebagai Panglima Komando Tengah Amerika, yang bertanggung jawab atas militer dan keamanan Amerika di 20 negara dari Laut Tengah bagian timur hingga Afrika dan Pakistan. Schwarzkopft pensiun akhir tahun 1991. Setelah Perang Teluk, ada spekulasi bahwa ia mungkin akan terjun ke dunia politik, tetapi itu tidak pernah menjadi kenyataan.
Menanggapi berita duka ini, Gedung Putih mengatakan bahwa berkat pengabdian patriotik Schwarzkopft, Amerika lebih aman.
Ketika Saddam menginvasi Kuwait dua tahun kemudian menyusul dugaan pencurian cadangan minyak Irak, Schwarzkopf membuat pernyataan mengenai Saddam yang mengundang perhatian.
“Saddam Hussein bukan ahli strategi militer yang hebat. Ia bukan ahli strategi, tidak pernah mengenyam pendidikan seni operasi, ia bukan ahli taktik, ia bukan jenderal, ia bukan tentara. Tapi di luar itu, ia seorang militer yang handal, saya ingin Anda tahu hal itu,” ujarnya.
Schwarzkopf merupakan sosok yang disegani dan sangat berwibawa, dengan arahan yang cepat dan gerak tubuh tegap serta tubuh yang tinggi besar. Pada puncak kepopulerannya sebagai pesohor nasional pascaperang, Schwarzkopf – yang menyebut dirinya independen secara politik – menolak usul supaya ia terjun ke politik dan menjalani hidup yang jauh lebih tertutup dibanding jenderal-jenderal lain, meski sempat menjadi komentator militer untuk stasiun televisi NBC dalam waktu tak lama.
Ia mendukung banyak gerakan nasional seperti isu kesehatan dan aktivitas amal untuk anak-anak. Masa pensiunnya dihabiskan di Tampa, tempat sebuah sekolah dasar yang mengadopsi namanya. (AP/Reuters)
Schwarzkopf mengomandoi lebih dari 540.000 pasukan Amerika Serikat dan 200.000 pasukan sekutu pada perang enam minggu yang mengusir pasukan Saddam Hussein dari Kuwait pada 1991.
Beberapa ahli memuji rencana Schwarzkopf untuk mengecoh dan mengepung pasukan Saddam dengan gerakan menyapu berlapis baja sebagai salah satu pencapaian terbaik dalam sejarah militer. Manuver tersebut mengakhiri perang di darat selama hanya 100 jam.
Mantan Presiden AS George H.W. Bush, yang membangun koalisi internasional melawan Irak untuk menginvasi Kuwait, mengatakan ia dan istrinya “berduka cita karena kehilangan patriot Amerika sesungguhnya dan salah satu pemimpin militer terbaik pada generasinya,” menurut pernyataan yang dirilis juru bicaranya.
Bush sedang dirawat di unit intensif sebuah rumah sakit Houston, Texas, sejak akhir November.
Dalam pernyataan tertulis, Gedung Putih menyebut Schwarzkopf "orang Amerika sesungguhnya” dengan “warisan yang akan bertahan di negara yang menjadi lebih aman karena baktinya yang patriotik.”
Schwarzkopf ditunjuk sebagai komandan Komando Pusat AS di Basis Angkatan Udara MacDill di Tampa pada 1988, membawahi markas besar militer dan keamanan itu untuk isu-isu di 24 negara di Timur Tengah sampai Afghanistan dan Asia Tengah, termasuk Pakistan.
Seorang veteran Perang Vietnam, Schwarzkopf memiliki karir militer yang berwarna dengan memimpin koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat. Namun ia tidak menonjolkan diri dalam debat publik mengenai Perang Teluk kedua melawan Irak, dengan mengatakan bahwa ia ragu kemenangan akan diraih dengan mudah seperti yang diperkirakan oleh Gedung Putih dan Pentagon.
Schwarzkopft dijuluki sebagai “Stormin Norman” karena perangainya yang meledak-ledak. Tahun 1991 ia memimpin Operasi Badai Gurun yang membebaskan Kuwait dari pasukan Saddam Hussein.
Schwarzkopft yang memiliki banyak bintang tanda jasa ini tinggal di Tampa, dimana ia menjalankan tugas terakhir militernya sebagai Panglima Komando Tengah Amerika, yang bertanggung jawab atas militer dan keamanan Amerika di 20 negara dari Laut Tengah bagian timur hingga Afrika dan Pakistan. Schwarzkopft pensiun akhir tahun 1991. Setelah Perang Teluk, ada spekulasi bahwa ia mungkin akan terjun ke dunia politik, tetapi itu tidak pernah menjadi kenyataan.
Menanggapi berita duka ini, Gedung Putih mengatakan bahwa berkat pengabdian patriotik Schwarzkopft, Amerika lebih aman.
Ketika Saddam menginvasi Kuwait dua tahun kemudian menyusul dugaan pencurian cadangan minyak Irak, Schwarzkopf membuat pernyataan mengenai Saddam yang mengundang perhatian.
“Saddam Hussein bukan ahli strategi militer yang hebat. Ia bukan ahli strategi, tidak pernah mengenyam pendidikan seni operasi, ia bukan ahli taktik, ia bukan jenderal, ia bukan tentara. Tapi di luar itu, ia seorang militer yang handal, saya ingin Anda tahu hal itu,” ujarnya.
Schwarzkopf merupakan sosok yang disegani dan sangat berwibawa, dengan arahan yang cepat dan gerak tubuh tegap serta tubuh yang tinggi besar. Pada puncak kepopulerannya sebagai pesohor nasional pascaperang, Schwarzkopf – yang menyebut dirinya independen secara politik – menolak usul supaya ia terjun ke politik dan menjalani hidup yang jauh lebih tertutup dibanding jenderal-jenderal lain, meski sempat menjadi komentator militer untuk stasiun televisi NBC dalam waktu tak lama.
Ia mendukung banyak gerakan nasional seperti isu kesehatan dan aktivitas amal untuk anak-anak. Masa pensiunnya dihabiskan di Tampa, tempat sebuah sekolah dasar yang mengadopsi namanya. (AP/Reuters)