SUASANA RUMAH DUKA
“nyanyian lagu rohani...nanti siap angkat petinya..”
Sebuah peti mati warna putih dan bergaris warna kuning emas tampak berada di ruangan di sebuah rumah di kawasan Manahan Solo, Sabtu siang (7/2). Peti mati tersebut terbaring jenazah pelawak atau komedian senior dari Grup SRIMULAT, Djudjuk Djuwariah, yang meninggal Jumat Sore kemarin (6/2) di sebuah rumah sakit di Yogyakarta.
Jenazah disemayamkan di rumah duka di Solo tersebut dan dimakamkan hari ini di Solo. Anak Djudjuk Srimulat, Eko Saputro, saat ditemui di rumah duka mengatakan ibunya tersebut terkena kanker. Menurut Eko, Meski sakit, Djudjuk, ibunya ini masih sempat melakukan sejumlah kegiatan mengangkat kembali kejayaan grup lawak SRIMULAT, antara lain dengan bentuk pembuatan film layar lebar hingga pentas kembali di panggung yang disiarkan di sejumlah siaran televisi.
“Ibu memang sudah lama terkena kanker. Saat berobat ke Singapura beberapa tahun lalu, sesudah operasi polip, dokter di sana sudah mendeteksi adanya bibit kanker di tubuh Ibu. Kami bolak-balik masuk keluar rumah sakit mendampingi Ibu berobat," kata Eko Saputro, putra Djujuk.
"Namun baru awal pekan ini, kemarin, kondisi ibu drop, kami bawa ke rumah sakit di Jogja, kondisi Ibu sudah lemah, semula kami ingin ibu dirawat di ICU (gawat darurat). Dokter yang memeriksa Ibu, mengatakan kondisi ruang ICU penuh, dokter bertemu kami dan keluarga kami memahami itu pertanda bahwa kondisi ibu sudah tidak bisa diselamatkan," lanjutnya.
"Kami juga berpikir kalau Ibu di ruang ICU, terbatas untuk ditemui, kami ingin keluarga kami bisa berkumpul mendampingii Ibu hingga akhir nafasnya," jelas Eko.
Sebelum meninggal, menurut Eko, Djuduk sudah melakukan sejumlah kegiatan untuk memajukan kembali grup lawak SRIMULAT. "Dulu kami pernah bersama perusahaan pembuatan film merilis film FINDING SRIMULAT, responnya bagus, saya, Ibu, dan mendiang mas Mas Mamiek Srimulat sebelum meninggal pernah membuat rancangan film sekuelnya, FINDING SRIMULAT 2. Namun dengan kondisi seperti ini, ya apa boleh buat. Rencana kami dan rencana Tuhan berbeda, tidak bisa dilanjutkan. Dibatalkan. Padahal semuanya sudah jadi, tinggal proses produksi saja,” jelas Eko Saputro.
Ribuan orang terus berdatangan ke rumah duka pelawak senior Grup Srimulat tersebut. Pelawak atau Komedian di Indonesia, termasuk salam grup yang sama, SRIMULAT, tampak hadir mengungkapkan bela sungkawa, antara lain Tarsan, Kadir, dan lainnya.
Deretan karangan bunga ungkapan duka cita terpajang di sekitar rumah duka, termasuk karangan bunga dari Presiden Jokowi dan keluarga. Prosesi pemakamaan jenazah pelawak atau komedian senior Indonesia ini dilakukan di Pemakaman Umum Bonoloyo Solo, satu kompleks dengan makam mendiang suami Djudjuk, Teguh Srimulat, yang juga pendiri Grup lawak Srimulat.
Sebelum Djudjuk, Personil Grup lawak Srimulat yang meninggal antara lain Mamiek Prakoso atau Mamiek Kepodang, dan Basuki.
Grup Lawak SRIMULAT dibentuk tahun 1950. Grup ini berawal dari pentas panggung ke panggung dan akhirnya menembus siara di televisi hingga pembuatan film layar lebar. Banyak komedian dari Srimulat terkenal dan beralih pentas sendiri-sendiri.