Komisi Eropa dan LSM "Sightsavers" berupaya membantu mencegah masalah kebutaan dan meningkatkan kesehatan mata warga di Sierra Leone
Freetown, ibukota Sierra Leone, ramai, bising, dan cukup menantang untuk jalan-jalan. Bayangkan jika kita tuna netra dan menghadapi tantangan yang sama.
Mohammed Jalloh yang kedua matanya benar-benar tidak dapat melihat mengatakan, kembali ke kehidupan masyarakat normal setelag kehilangan penglihatan merupakan hal traumatis. Ia kelihatan penglihatan mata kirinya setelah seseorang memuluknya. Ia kemudian penglihatan mata kanannya karena bergesernya retina dari posisi normal.
"Sangat sulit! Transisi yang saya saya hadapi sangat sulit! Saya harus tinggal di rumah selama lima tahun. Saya kebanyakan menghabiskan waktu di ruangan saya. Pertama kali saya berjalan-jalan, rasanya seperti belajar berjalan kembali," paparnya.
Jalloh hanya memiliki sedikit sumber daya untuk membantunya, dan mengatakan, ia juga menghadapi kesulitan untuk kembali memperoleh pekerjaan.
"Tingkat diskriminasi sangat tinggi di negara ini Untuk memperoleh pekerjaan benar-benar tidak mudah. Bahkan setelah saya kembali kuliah untuk kedua kalinya, saya tetap tidak bisa mendapat pekerjaan," keluhnya.
Namun, berkat hibah bernilai 900.000 dolar dari Komisi Eropa warga Sierra Leone akan segera mencapai kemajuan dalam perawatan mata mereka. Prakarsa baru ini akan dipimpin sebuah LSM yang disebut "Sightsavers," organisasi yang berusaha menyelamatkan penglihatan dari kebutaan. Jadi, melalui prakarsa baru yang digagas "Sightsavers" dan Komisi Eropa ini, situasi mungkin berubah bagi mereka yang benar-benar tidak dapat melihat atau yang penglihatannya berkurang. Bagian dari parkarsa ini adalah menciptakan lebih banyak pusat rehabilitasi dalam komunitas di seluruh Sierra Leone, supaya orang lebih mulus kembali ke masyarakat.
Langkah ini menuju ke arah yang benar, ujar dokter mata Matthew Vandy.
"Mereka yang tidak bisa melihat dan tidak bisa disembuhkan akan dilatih tentang bagaimana merawat diri mereka sendiri, bagaimana beternak, atau melakukan ketrampilan-ketrampilan yang akan membantu mereka hidup sebagai orang normal," paparnya.
Vandy adalah salah satu dari lima dokter mata yang ada di Sierra Leone. Ia menyambut baik inisiatif baru ini, karena akan ikut meningkatkan latihan bagi para petugas kesehatan mata. Program ini akan mencakup latihan bagi sedikitinya tiga orang ahli mata dan delapan ahli bedah katarak.
Vandy mengatakan, Sierra Leone masih menghadapi beberapa penyakit mata. Kebutuhan akan adanya peningkatan perawatan kesehatan mata merupakan hal penting.
"Masalah utama warga lansia di Sierra Leoneadalah katarak. Kedua, glaukoma, yaitu ketika tekanan pada mata merusak syaraf-syaraf yang menghubungkan mata dan otak. Hal ini bisa menyebabkan orang kehilangan penglihatan dan tidak dapat disembuhkan," paparnya lagi.
"Sightsavers" telah menyumbang pada pembangunan dengan mendistribusikan obat-obatan kepada warga di seluruh Sierra Leone. Menurut Nancy Smart, Direktur "Sightsavers" di Sierra Leone, inisiatif bersama Komisi Eropa ini membutuhkan waktu lama.
Ia menuturkan, "Kami sebenarnya sudah tiga kali mengajukan usul ini. Ini yang ketiga kalinya. Beruntung, kami memperoleh tanggapan, dan kami sangat gembira ini merupakan program kesehatan mata pertama yang disponsori Komisi Eropa di Sierra Leone."
Nancy Smart mengatakan, ana-anak merupakan salah satu sasaran utama program ini, disamping lansia dan kelompok perempuan. Ada rencana mengunjungi sekolah-sekolah dasar dan memberikan pemeriksaan mata secara gratis.
Mohammed Jalloh yang kedua matanya benar-benar tidak dapat melihat mengatakan, kembali ke kehidupan masyarakat normal setelag kehilangan penglihatan merupakan hal traumatis. Ia kelihatan penglihatan mata kirinya setelah seseorang memuluknya. Ia kemudian penglihatan mata kanannya karena bergesernya retina dari posisi normal.
"Sangat sulit! Transisi yang saya saya hadapi sangat sulit! Saya harus tinggal di rumah selama lima tahun. Saya kebanyakan menghabiskan waktu di ruangan saya. Pertama kali saya berjalan-jalan, rasanya seperti belajar berjalan kembali," paparnya.
Jalloh hanya memiliki sedikit sumber daya untuk membantunya, dan mengatakan, ia juga menghadapi kesulitan untuk kembali memperoleh pekerjaan.
"Tingkat diskriminasi sangat tinggi di negara ini Untuk memperoleh pekerjaan benar-benar tidak mudah. Bahkan setelah saya kembali kuliah untuk kedua kalinya, saya tetap tidak bisa mendapat pekerjaan," keluhnya.
Namun, berkat hibah bernilai 900.000 dolar dari Komisi Eropa warga Sierra Leone akan segera mencapai kemajuan dalam perawatan mata mereka. Prakarsa baru ini akan dipimpin sebuah LSM yang disebut "Sightsavers," organisasi yang berusaha menyelamatkan penglihatan dari kebutaan. Jadi, melalui prakarsa baru yang digagas "Sightsavers" dan Komisi Eropa ini, situasi mungkin berubah bagi mereka yang benar-benar tidak dapat melihat atau yang penglihatannya berkurang. Bagian dari parkarsa ini adalah menciptakan lebih banyak pusat rehabilitasi dalam komunitas di seluruh Sierra Leone, supaya orang lebih mulus kembali ke masyarakat.
Langkah ini menuju ke arah yang benar, ujar dokter mata Matthew Vandy.
"Mereka yang tidak bisa melihat dan tidak bisa disembuhkan akan dilatih tentang bagaimana merawat diri mereka sendiri, bagaimana beternak, atau melakukan ketrampilan-ketrampilan yang akan membantu mereka hidup sebagai orang normal," paparnya.
Vandy adalah salah satu dari lima dokter mata yang ada di Sierra Leone. Ia menyambut baik inisiatif baru ini, karena akan ikut meningkatkan latihan bagi para petugas kesehatan mata. Program ini akan mencakup latihan bagi sedikitinya tiga orang ahli mata dan delapan ahli bedah katarak.
Vandy mengatakan, Sierra Leone masih menghadapi beberapa penyakit mata. Kebutuhan akan adanya peningkatan perawatan kesehatan mata merupakan hal penting.
"Masalah utama warga lansia di Sierra Leoneadalah katarak. Kedua, glaukoma, yaitu ketika tekanan pada mata merusak syaraf-syaraf yang menghubungkan mata dan otak. Hal ini bisa menyebabkan orang kehilangan penglihatan dan tidak dapat disembuhkan," paparnya lagi.
"Sightsavers" telah menyumbang pada pembangunan dengan mendistribusikan obat-obatan kepada warga di seluruh Sierra Leone. Menurut Nancy Smart, Direktur "Sightsavers" di Sierra Leone, inisiatif bersama Komisi Eropa ini membutuhkan waktu lama.
Ia menuturkan, "Kami sebenarnya sudah tiga kali mengajukan usul ini. Ini yang ketiga kalinya. Beruntung, kami memperoleh tanggapan, dan kami sangat gembira ini merupakan program kesehatan mata pertama yang disponsori Komisi Eropa di Sierra Leone."
Nancy Smart mengatakan, ana-anak merupakan salah satu sasaran utama program ini, disamping lansia dan kelompok perempuan. Ada rencana mengunjungi sekolah-sekolah dasar dan memberikan pemeriksaan mata secara gratis.