Janji China untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri dapat menghentikan komitmen investasi global senilai $50 miliar. Para analis mengatakan penghentian proyek tersebut akan memangkas emisi karbon dunia di masa mendatang, meskipun program batu bara domestik Beijing sendiri masih menggunakan bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan.
Presiden China Xi Jinping mengatakan dalam pidato di Majelis Umum PBB pada Selasa (21/9), China akan membantu negara-negara berkembang membangun produksi energi hijau dan menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri.
China berada di bawah tekanan internasional untuk mengumumkan diakhirinya pembiayaan batu bara luar negeri sebagai bagian dari paket teranyar terkait kesepakatan iklim nasional yang akan diserahkan ke PBB.
Beijing merupakan sumber pembiayaan terbesar untuk proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di dunia. Pengumuman Xi akan berdampak luas pada rencana perluasan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di negara-negara seperti Bangladesh, Indonesia, Vietnam, dan Afrika Selatan.
Lembaga think tank AS, Global Energy Monitor (GEM), memprediksi pengumuman tersebut dapat mempengaruhi 44 pembangkit listrik batu bara yang akan dibiayai lembaga keuangan China dengan total nilai $50 miliar. Penghentian proyek tersebut, kata GEM kepada Reuters, berpotensi mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 200 juta ton per tahun di masa mendatang.
BACA JUGA: Bank of China Didesak Setop Biayai Proyek Batu Bara"Pengumuman China adalah salah satu perkembangan paling signifikan di bidang iklim tahun ini, karena mungkin menandai berakhirnya pembiayaan publik internasional untuk pembangkit batu bara," kata Direktur Program Batu Bara GEM, Christine Shearer. "Kami akan menemukan banyak negara beralih ke sumber pembangkit listrik alternatif, dan mudah-mudahan mereka didukung untuk memastikan energi bersih."
Sejumlah kelompok lingkungan juga akan mendesak penyokong pendanaan proyek batu bara besar, seperti Bank of China, untuk menyusun jadwal terkait rencana penarikan diri dari sektor ini. Pendanaan itu merupakan bagian dari rencana pembangunan pembangkit tenaga batu bara di luar negeri dengan kapasitas 10 gigawatt.
Janji yang dilakukan China mengikuti langkah serupa yang telah diambil Korea Selatan dan Jepang tahun ini dengan menutup keran dari tiga pemodal publik besar terakhir untuk proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri.
Hal tersebut terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Joe Biden berjanji untuk menggandakan belanja negara menjadi $11,4 miliar pada 2024 untuk membantu negara-negara berkembang menangani perubahan iklim.
Pusat Kebijakan Pengembangan Global Universitas Boston menyebutkan terdapat lebih dari 20 unit pembangkit listrik tenaga batu bara yang dibiayai China yang sedang dibangun di Afrika Selatan, Pakistan, Indonesia, Vietnam, Bangladesh, Zimbabwe, Serbia, dan Uni Emirat Arab. Sedangkan 17 proyek lainnya sedang dalam tahap perencanaan.
Program domestik China menyumbang lebih dari setengah seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara yang sedang dibangun di seluruh dunia, menurut sebuah laporan yang diterbitkan bulan ini oleh E3G, sebuah wadah think tank iklim Eropa.
Sementara Xi telah berjanji untuk "mengendalikan secara ketat" kapasitas tenaga batu bara domestik baru selama periode 2021-2025, negara itu tidak akan mulai mengurangi konsumsi batu bara hingga tahun 2026.
"Dengan arah baru yang ditetapkan untuk batu bara luar negeri, China perlu bekerja lebih keras sekarang untuk mengatasi kecanduan batu bara domestiknya," kata Li Shuo, penasihat iklim senior di Greenpeace. [ah/rs]