Kepala Kantor Komnas HAM Papua Frits Ramandey terus melakukan upaya damai untuk membebaskan pilot berkewarganegaraan Selandia Baru yang disandera Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Dia meyakini dialog adalah awal dari jalan keluar.
“Tentu mereka telah berkomitmen untuk memperlakukan pilot ini secara manusiawi. Ini komitmen. Saya juga mendapat informasi dari mereka bahwa mereka akan memperlakukan dia secara manusiawi, menghormati aturan-aturan internasional tentang penyanderaan dan lain sebagainya,” kata Frits kepada VOA, Jumat (17/2).
Tantangan ke depan adalah siapa yang akan ditunjuk oleh TPNPB untuk menjadi wakil dalam dialog.
“Jadi, ini waktunya masih terlalu singkat untuk kemudian kita berkesimpulan, apakah ada dialog atau tidak, apakah ada komunikasi atau tidak, apakah ada negoasiasi atau tidak. Tahapan itu sedang berjalan sekarang,” jelasnya.
Frits juga menambahkan, ”Kami mengetahui sedikit hal. Kami telah berkomunikasi dengan beberapa mitra. Karena tentu ini sebuah operasi, saya juga telah bercakap dengan Pak Kapolda, dan mitra lainnya yang ada di sana, mitra masyarakat sipil. Ini kita butuh sedikit waktu.”
BACA JUGA: TNI Siap Bebaskan Pilot Selandia Baru yang Disandera OPM Jika Dialog GagalLebih dari satu pekan, Phillips disandera oleh TPN PB di distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua. Karena ada agenda politis dari drama penyanderaan ini, Frits meminta setiap langkah diambil secara cermat. Dia juga menyebut publikasi foto dan video sandera oleh TPNPB pada Rabu (15/2) sebenarnya bentuk upaya komunikasi yang harus disikapi bijak.
“Karena ini sifatnya penyanderaan, maka tentu operasinya harus sangat hati-hati. Operasi pembebasan sanderanya harus sangat hati-hati, supaya tidak kemudian menimbulkan korban, baik sandera itu sendiri, maupun masyarakat luas yang lain,” kata Frits.
Frits juga menyampaikan, “Kita tidak boleh terburu-buru melakukan operasi pembebasan karena target sekarang adalah bagaimana pilot itu bisa dibebaskan tanpa harus ada korban.”
Dia juga yakin, Panglima TNI dan Menkopolhukam memang akan lebih lunak dalam operasi ini, dengan memberikan arahan kepada satuan yang ditugaskan khusus untuk pembebasan sandera tanpa kekerasan.
Bagi Komnas HAM, lanjut Frits, kepentingannya adalah bahwa operasi pembebasan sandera jangan sampai menimbulkan ekses terhadap nilai-nilai hak asasi manusia. Dia mengingatkan, masyarakat di sekitar wilayah penyanderaan telah mengalami ketakutan dan mengungsi. Pengungsi itu antara lain berasal dari kampung Animaren, Lombrik, Paro dan Loaraba yang semua ada di distrik Paro.
Your browser doesn’t support HTML5
Masyarakat Nduga Mengungsi
Krisis penyanderaan ini telah membuat masyarakat, khususnya di distrik Paro, kabupaten Nduga, ketakutan dan mengungsi, seperti yang disampaikan Frits Ramandey.
Yosekat Kamarigi, staf di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Elfrida Sara, Kabupaten Nduga mengonfirmasi hal itu.
“Iya benar sekali. Ini baru beberapa hari yang lalu, pihak aparat keamanan dengan pemerintah sudah jemput masyarakat lalu sudah tempatkan mereka di salah satu pasar di Ibu Kota Keenyam,” kata Yosekat kepada VOA.
“Awalnya mereka sudah dibawa ke rumah sakit, dari rumah sakit setelah diperiksa semua, mereka kembali ke tempat sementara yang dikasih dari pemerintah,” tambahnya.
Para pengungsi datang dari kampung-kampung di gunung yang jauh dari Ibu Kota Nduga, Keenyam. Mereka, kata Yosekat, bisa membutuhkan waktu lebih dari sepekan untuk berjalan kaki dari kampung ke Keenyam. Tidak ada alat transportasi yang bisa digunakan, selain pesawat udara.
“Hampir semua sehat-sehat. Ada beberapa saja yang sakit-sakit, batuk, kemudian demam panas, sama ada luka-luka psikologi. Mereka itu ya mungkin terganggu karena keluar dari tempat tinggal mereka,” tambah Yosekat.
Krisis penyanderaan ini memperparah krisis pengungsian yang sudah berlangsung di Nduga selama beberapa tahun. Kondisi semakin buruk setelah pembunuhan puluhan pekerja PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 oleh kelompok kriminal bersenjata. Tragedi ini meningkatkan konflik bersenjata di kawasan Nduga.
Distrik-distrik di luar Keenyam relatif kosong karena ditinggalkan warganya. Hanya ibu kota kabupaten itu saja yang bisa dianggap memiliki situasi normal. Meski begitu, warga kota Keenyam masih sering mendengar letusan senjata api, dan lama-lama, kata Yosekat, mereka menganggap itu semacam bunyi petasan.
Masyarakat Nduga memang menghadapi dilema. Selain takut kepada TPNPB, mereka juga takut dengan kehadiran aparat keamanan TNI/Polri. Pengungsian justru meningkat di distrik-distrik di mana kehadiran TNI/Polri makin meningkat dengan alasan pengamanan wilayah.
“Para pengungsi itu tidak pernah kembali ke daerah asalnya. Mereka keluar dari distrik-distrik itu sejak beberapa tahun lalu. Distriknya itu kosong sampai sekarang,” tambah Yosekat.
Distrik-distrik yang kosong itu antara lain Yigi, Enigal, Nirkuri, Yaal, Mugi, Mam, Kagaen, dan Mapenduma. Tidak hanya masyarakat, aparat pemerintah setempat juga turut mengungsi sehingga praktis layanan masyarakat tidak berjalan.
Operasi Penyelamatan Segera
Dalam keterangan resmi yang disampaikan di Mako Brimob Batalyon B Pelopor Mimika Mile 32, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri menyatakan kesiapan dalam upaya pembebasan sandera.
“Upaya penyelamatan yang dilakukan Polri melalui Satgas Damai Cartenz yang sudah kita siapkan ini bisa maksimal, dan mudah-mudahan mendapat hasil juga yang sangat baik,” kata Kapolda, Rabu (15/2).
Irjen Fakhiri juga memastikan pemuka agama dan tokoh masyarakat berperan melakukan pendekatan kepada kelompok kriminal bersenjata. Aparat keamanan yakin, sentuhan masyarakat akan mengubah keputusan penyandera
“Mudah-mudahan mereka luluh dan kita bisa dapat apa diinginkan serta penyelamatan pilot Susi Air itu bisa kita lakukan,” tambah Kapolda.
Sedangkan dalam pernyataan resmi polisi disebutkan, telah berlangsung pertemuan antara Atase Kepolisian Selandia Baru untuk Indonesia, diwakili Paul Borrel dan aparat keamanan Indonesia.
BACA JUGA: Mediator Internasional Mungkin Dibutuhkan untuk Akhiri Penyanderaan di PapuaKasatgas Humas Ops Damai Cartenz, Kombes. Pol. Donny Charles Go mengatakan pertemuan itu berlangsung tertutup pada Kamis (16/2).
“Pihak Selandia Baru mengapresiasi langkah yang sudah diambil dan memberikan kepercayaan kepada TNI-Polri dalam menyelamatkan pilot berkebangsaan Selandia Baru dengan selamat,” ujarnya pada Kamis (16/2).
“Pertemuannya memang tertutup dan rahasia, namun dipastikan mereka telah dijelaskan mengenai strategi-strategi kami di lapangan,” imbuhnya. [ns/ab]