Dua tahun sejak kebakaran pertama pada Januari 2017, komunitas muslim di sebuah negara bagian Washington, Bellevue, akan segera memiliki masjid. Meskipun mereka harus melalui proses yang panjang untuk membangun masjid baru.
Setelah mengantongi izin bangunan, diaspora Indonesia yang menjadi menjadi jamaah mesjid Bellevue -Tony Suharto dan Gautama Indra Djaya- berharap masjid mereka dapat selesai dibangun pada awal tahun 2019. Namun ternyata proses perizinan tidak lah mudah.
Seperti halnya Tony Suharto yang bekerja di Boeing dan Gautama Indra Djaya yang menjabat sebagai pimpinan anak perusahaan IPTN di Amerika, sebagian besar jamaah masjid atau Islamic Center of Eastside, bekerja di perusahaan teknologi di di wilayah tersebut, seperti Microsoft atau Boeing.
BACA JUGA: Muktamar IMSA: Tantangan Hijrah Warga Muslim Indonesia di ASJamaah masjid yang berdiri tahun 1993 itu juga diaspora dari berbagai negara dengan ke-ukhuwahan yang tinggi.
"Suami saya bekerja di Microsoft pada saat saya menikah dan kemudian saya datang ke sini bersamanya. Jadi ya kita sudah sangat dekat. Sebagian besar umat Islam memiliki ikatan yang sangat kuat dengan masjid yang didatangi," kata seorang jamaah, Madiha Mansoor.
Tepatnya pada bulan Januari 2017, masjid mereka terbakar, disusul dengan kebakaran kedua pada tahun 2018. Semula komunitas muslim di wilayah tersebut, maupun warga lainnya, memperkirakan kebakaran tersebut mengandung unsur kejahatan, seperti kebencian.
Meski demikian tidak semua kejahatan kebakaran masjid disebabkan oleh kejahatan berdasarkan kebencian, seperti halnya Masjid Bellevue ini.
Menurut Imam Masjid Bellvue, Sheikh Fazal Hassan, apapun latar belakangnya, musibah itu akan membawa hikmah, memperkuat kebersamaan dan toleransi di wilayah tersebut.
Dan kini setelah menjalankan tiga kali Ramadhan di gedung sewaan, mereka berharap di Ramadhan 2020 nanti, komunitas masjid di Bellevue akan dapat beribadah di masjid mereka sendiri. [ys/vb/sp]