Kondisi di Haiti Memburuk, MSF Tangguhkan Operasi Kemanusiaan 

  • Associated Press

Sebuah ambulans tiba di rumah sakit yang dioperasikan oleh organisasi Dokter Tanpa Tapal Batas (MSF) di Port-au-Prince, Haiti, pada 4 Oktober 2022. (Foto: Reuters/Ralph Tedy Erol)

Organisasi Medecins Sans Frontieres (MSF), atau dikenal juga sebagai Dokter Tanpa Tapal Batas, pada Selasa (19/11) mengatakan mereka menangguhkan operasinya di Haiti menyusul gelombang kekerasan baru.

Dalam sebuah pengumuman yang dimuat di situs webnya, MSF mengatakan sejumlah stafnya telah diancam oleh polisi.

Lembaga swadaya masyarakat tersebut mengatakan sebuah ambulans telah diserang pada 11 November lalu, menewaskan dua pasiennya. Sementara beberapa staf telah dilecehkan. Pada minggu berikutnya, polisi Haiti menghentikan beberapa kendaraan MSF dan mengancam untuk membunuh atau memperkosa staf MSF.

Kepala misi MSF di Haiti Christophe Garnier mengatakan meskipun staf mereka terbiasa bekerja dalam kondisi yang sulit, "tetapi ketika kekuatan hukum dan ketertiban menjadi ancaman langsung, kami tidak punya pilihan lain selain menghentikan kegiatan kami."

BACA JUGA: PBB: Lebih dari 20.000 Orang Mengungsi Akibat Kekerasan Geng di Haiti

Aktivitas geng berlanjut pada Rabu (20/11) dengan suara tembakan dan asap muncul dari rumah-rumah dan penghalang jalan yang dibakar. Banyak kelompok kriminal kembali melancarkan serangan baru di ibu kota Haiti, menargetkan komunitas kelas atas di Port-au-Prince di mana orang-orang bersenjata bentrok dengan penduduk yang bertempur berdampingan dengan polisi.

Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB di Haiti, Ulrika Richardson, mengatakan peristiwa pada hari Senin dan Selasa itu menunjukkan bahwa geng-geng tersebut berupaya “merebut lebih banyak wilayah di ibu kota”.

Serangan itu terjadi beberapa hari setelah kekerasan geng memaksa bandara internasional utama Haiti ditutup untuk kedua kalinya tahun ini ketika negara itu mengambil sumpah perdana menteri baru menyusul pertikaian politik.

Kekacauan di Port-au-Prince semakin dalam pada Selasa malam ketika MSF mengumumkan untuk menangguhkan perawatan kritis di seluruh ibu kota itu karena mereka menuduh petugas polisi melakukan kekerasan dan ancaman terhadap stafnya, termasuk pemerkosaan dan kematian.

Kelompok bantuan tersebut akan menghentikan penerimaan dan pemindahan pasien ke lima fasilitas medisnya mulai hari Rabu, sebuah pukulan bagi negara dengan perawatan medis yang sangat terbatas. [em/lt]