Kondisi Tanah Jakarta Labil, Jalan Ambles

  • Fathiyah Wardah

Tak hanya di Jl. RE Martadinata, beberapa ruas jalan di MH Thamrin ini juga sempat ambles beberapa waktu lalu.

Menurut pemerintah dan pengamat tata kota, penyedotan air tanah yang berlebihan oleh industri menyebabkan permukaan tanah labil sehingga jalan pun dapat ambles.

Ruas Jalan RE Martadinata tepatnya di depan rumah pompa Sunter Utara, Jakarta Utara ambles sepanjang 103 meter. Amblesnya jalan yang termasuk urat nadi perekonomian nasional itu diduga karena tanah dibawahnya tergerus air kali dan air laut.

Abrasi air ini tidak hanya mengancam Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara saja tetapi juga semua jalan yang berdekatan dengan kali dan laut juga terancam.

Untuk mengatasi amblesnya ruas jalan RE Martadinata itu, Kementerian Pekerjaan Umum akan segera memasang tanggul sungai di bawah badan jalan yang masih utuh agar tanahnya tidak terkikis. Menurut Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pemerintah akan segera memperbaikinya. “Saya kira besok atau lusa sudah mulai ada pemancangan-pemancangan di sini supaya penggerusan tidak berlangsung terus, kemudian untuk ini sendiri mungkin terpaksa harus membutuhkan waktu dua sampai maksimum tiga bulan,” tambahnya.

Jalan yang ambles di Jakarta bukan baru ini saja terjadi, sejumlah jalan seperti di Jalan Thamrin dan jalan lainnya sempat mengalami ambles beberapa waktu lalu.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga menjelaskan kondisi tanah di Jakarta saat ini bersifat labil. Setiap tahunnya, tanah di Jakarta khususnya Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Barat mengalami penurunan rata-rata 10 sentimeter.

Selain jalan ambles dan krisis air bersih, banjir juga menjadi ancaman bagi Jakarta karena kerusakan lingkungan.

Penurunan ini, menurut Nirwono, salah satunya disebabkan karena penyedotan air tanah yang sangat berlebihan. Selain itu juga karena terjadinya kerusakan hutan lindung yang ada di Pantai Utara Jakarta .

Untuk itu pemerintah harus segera menangani hal tersebut. Jika tidak, kata Nirwono diprediksi nantinya Jakarta akan ambles.

“Terjadinya abrasi pantai juga karena terjadinya kerusakan hutan lindung yang ada di pantai. Lebih dari 20 kilometer di Utara itu sudah rusak, sehingga air pantai langsung mengenai kontruksi," jelas Nirwono.

Tambah Nirwono, amblesan tanah dan intrusi air laut sekarang sudah mencapai 14 kilometer dari tepi pantai. Secara struktur, menurut pengamat tata kota ini, sudah mencapai titik dari Bundaran HI ke daerah tepi Pantai Utara.

Penggunaan air tanah yang berlebihan bukan hanya menyebabkan penurunan permukaan tanah di Jakarta yang menyebabkan jalan menjadi ambles, tetapi juga menyebabkan sejumlah wilayah di Jakarta mengalami krisis air bersih.

Direktur Pengelolaan Air Tanah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Sugiharto Harsoprayitno mengakui bahwa Jakarta telah mengalami krisis air bersih. Oleh karena itu menurut Sugiharto pihaknya akan membatasi penggunaan air tanah bagi industri. Sugiharto menambahkan, industri harus lebih banyak menggunakan air dari PAM Jaya dibandingkan air tanah, karena selama ini 90 persen kebutuhan air untuk industri menggunakan air tanah.