Salah satu kunci untuk menghentikan penyebaran HIV, virus penyebab AIDS, adalah dengan memastikan pekerja seks komersial (PSK) global mengambil tindakan pencegahan sepatutnya.
Muncul kekhawatiran bahwa terobosan medis dalam memerangi AIDS akan membuat perang terhadap AIDS semakin sulit.
Kegembiraan karena optimisme dalam perang melawan HIV, mendapat tantangan dari para peneliti yang mengkhawatirkan beberapa kelompok yang paling rentan akan tidak mendapatkan manfaat dari kemajuan medis.
"Risiko yang dihadapi para pekerja seks dari semua gender akan luarbiasa jika kondom diganti dengan metode HIV yang sebagian efektif, yang tidak memberikan perlindungan dari terjangkitnya IMS (infeksi lewat hubungan seks) atau kehamilan yang tidak diinginkan”, kata peneliti senior Cheryl Overs dari Universitas Monash Australia
Ia mengatakan mungkin tidak ada segmen dari penduduk yang menghadapi bahaya lebih besar dari para pekerja seks di seluruh dunia.
Overs, yang telah lama meneliti AIDS dan industri seks, mengatakan dalam Konferensi AIDS Internasional tahun 2012 di Washington masalahnya bukan karena para pekerja seks tidak ingin melakukannya secara aman. Tapi dia mengatakan mereka berada di bawah tekanan luar biasa.
“Pekerja seks mengetahui klien mereka dan tahu akan ada peningkatan permintaan untuk berhubungan seks tanpa kondom. Dan para klien telah mendiskusikan di internet tentang bagaimana pil HIV baru akan membebaskan mereka dari keharusan menggunakan kondom,” tambah Overs.
Overs memperingatkan bahwa banyak pemerintah mencari cara untuk membuat masalah lebih buruk. Ia menyebut upaya untuk pencegahan HIV dengan memposting foto-foto pekerja seks yang mengidap HIV-positif di internet, adalah menyesatkan.
Ada juga kekhawatiran akan kaum homoseksual, biseksual dan para transgender, terutama di Afrika. Dokter Paulus Semugoma mengatakan terlalu banyak dokter yang gagal untuk mengetahui sejarah seksual pasien mereka karena usaha yang salah dalam upaya mereka untuk tidak melakukan diskriminasi.
“Banyak hal yang tidak disebutkan atau diceritakan. Sulit untuk melakukan pencegahan dan perawatan HIV yang menyeluruh dalam permasalahan ini”, kata Dr. Semugoma.
Namun Dr. Semugoma mengatakan bahwa ia berharap disamping hambatan-hambatan yang ada, usaha untuk melawan AIDS telah berubah dari pesimisme ke optimisme.
Kegembiraan karena optimisme dalam perang melawan HIV, mendapat tantangan dari para peneliti yang mengkhawatirkan beberapa kelompok yang paling rentan akan tidak mendapatkan manfaat dari kemajuan medis.
"Risiko yang dihadapi para pekerja seks dari semua gender akan luarbiasa jika kondom diganti dengan metode HIV yang sebagian efektif, yang tidak memberikan perlindungan dari terjangkitnya IMS (infeksi lewat hubungan seks) atau kehamilan yang tidak diinginkan”, kata peneliti senior Cheryl Overs dari Universitas Monash Australia
Ia mengatakan mungkin tidak ada segmen dari penduduk yang menghadapi bahaya lebih besar dari para pekerja seks di seluruh dunia.
Overs, yang telah lama meneliti AIDS dan industri seks, mengatakan dalam Konferensi AIDS Internasional tahun 2012 di Washington masalahnya bukan karena para pekerja seks tidak ingin melakukannya secara aman. Tapi dia mengatakan mereka berada di bawah tekanan luar biasa.
“Pekerja seks mengetahui klien mereka dan tahu akan ada peningkatan permintaan untuk berhubungan seks tanpa kondom. Dan para klien telah mendiskusikan di internet tentang bagaimana pil HIV baru akan membebaskan mereka dari keharusan menggunakan kondom,” tambah Overs.
Overs memperingatkan bahwa banyak pemerintah mencari cara untuk membuat masalah lebih buruk. Ia menyebut upaya untuk pencegahan HIV dengan memposting foto-foto pekerja seks yang mengidap HIV-positif di internet, adalah menyesatkan.
Ada juga kekhawatiran akan kaum homoseksual, biseksual dan para transgender, terutama di Afrika. Dokter Paulus Semugoma mengatakan terlalu banyak dokter yang gagal untuk mengetahui sejarah seksual pasien mereka karena usaha yang salah dalam upaya mereka untuk tidak melakukan diskriminasi.
“Banyak hal yang tidak disebutkan atau diceritakan. Sulit untuk melakukan pencegahan dan perawatan HIV yang menyeluruh dalam permasalahan ini”, kata Dr. Semugoma.
Namun Dr. Semugoma mengatakan bahwa ia berharap disamping hambatan-hambatan yang ada, usaha untuk melawan AIDS telah berubah dari pesimisme ke optimisme.