Beberapa negara telah mengeluarkan pedoman baru mengenai penggunaan vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca, setelah regulator medis Uni Eropa mengumumkan ada kaitan antara vaksin dan penggumpalan darah yang jarang terjadi namun kemungkinan berakibat fatal.
Inggris, di mana vaksin itu dikembangkan bersama oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia dan para ilmuwan di University of Oxford, menyatakan akan menawarkan alternatif bagi orang dewasa berusia di bawah 30 tahun. Para peneliti Oxford juga menangguhkan uji klinis vaksin AstraZeneca yang melibatkan anak-anak kecil dan remaja sementara regulator obat Inggris melakukan peninjauan mengenai keamanan vaksin dua dosis itu.
Reuters menyatakan Spanyol dan Filipina akan membatasi vaksin itu untuk orang-orang berusia 60 tahun ke atas, sementara Washington Post menyatakan Italia telah mengeluarkan pedoman serupa.
Badan Pengawas Obat Eropa, Rabu (7/4) menyatakan penggumpalan darah harus dicatat sebagai efek samping yang sangat jarang dari vaksin AstraZeneca, tetapi terus menekankan bahwa manfaatnya secara keseluruhan melampaui risikonya. Kasus penggumpalan darah yang jarang terjadi telah dikaitkan dengan kematian sedikitnya 14 orang di berbagai penjuru Eropa.
AstraZeneca telah menjadi vaksin penting dalam kampanye imunisasi yang luar biasa cepat di Inggris, yang secara signifikan melampaui laju vaksinasi di seluruh Eropa. Tetapi peluncuran vaksin ini menghadapi masalah di seluruh dunia, awalnya karena kurangnya informasi dari uji klinis tahap akhir mengenai efeknya terhadap orang yang berusia lanjut, yang memperlambat upaya vaksinasi di Eropa. Banyak negara menghentikan pemberian vaksin AstraZeneca setelah munculnya laporan awal mengenai insiden penggumpalan darah.
Vaksin ini juga penting bagi kampanye imunisasi Eropa dan dalam strategi global untuk memasok vaksin bagi negara-negara miskin. Vaksin ini lebih murah harganya dan lebih mudah penggunaannya daripada vaksin-vaksin buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Di AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan varian B.1.1.7 virus corona yang pertama kali dideteksi di Inggris pada Desember lalu kini menjadi varian yang dominan di Amerika. CDC telah memprediksi pada Januari lalu bahwa varian Inggris yang jauh lebih mudah menular dan mematikan daripada virus versi awalnya, akan menjadi varian yang dominan di AS pada bulan Maret.
“Virus ini masih akan menguasai kita, menjangkiti orang-orang dan membahayakan mereka. Kita perlu tetap waspada,” kata Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky, Rabu (7/4) dalam pengarahan di Gedung Putih.
AS baru-baru ini melampaui angka 30 juta untuk total kasus, termasuk 559.116 kematian, jumlah terbanyak daripada negara manapun dalam kedua kategori itu, sebut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.
PM Selandia Baru Jacinda Ardern, Kamis (8/4) mengumumkan tentang pembekuan perjalanan dari India mulai hari Minggu karena lonjakan kasus virus corona di kalangan pelancong dari negara itu. Selandia Baru mencatat 23 kasus baru COVID-19 yang dikarantinakan, 17 di antaranya dari India. Larangan itu akan berlaku hingga 28 April, dan akan mencakup warga Selandia Baru yang kembali dari India.
India mencatat hampir 13 juta total virus corona, ketiga terbanyak setelah AS dan Brasil, dan sedang mengalami gelombang kedua wabah sementara negara itu berpacu untuk memvaksinasi 1,3 miliar penduduknya. Negara itu mencatat rekor penambahan harian kasus baru, 126.789, pada hari Rabu. [uh/ab]