Konflik Bersenjata Memanas, Militer Sudan Janji Bantu Evakuasi Warga Asing

  • Associated Press

Asap membubung di Khartoum, Ibu Kota Sudan, Sabtu, 22 April 2023. Konflik bersenjata antara tentara Sudan dan Pasukan Paramiliter kembali pecah setelah gencatan senjata yang dimediasi oleh pihak internasional gagal. (Foto: Marwan Ali/AP)

Militer Sudan mengatakan, Sabtu (23/4), sedang mengatur upaya evakuasi warga negara asing dan para diplomat dari negara itu dengan menggunakan pesawat militer di tengah konflik berdarah yang memasuki minggu kedua.

Komandan Angkatan Bersenjata Sudan Jenderal Abdel Fattah Burhan mengatakan dia akan memfasilitasi evakuasi warga Amerika, Inggris, China dan Prancis serta para diplomats menyusul pembicaraan dengan sejumlah kepala negara yang meminta pertolongan.

BACA JUGA: Sekjen PBB Serukan Gencatan Senjata di Sudan untuk Menandai Akhir Ramadan

Prospek tersebut membuat para pejabat jengkel karena sebagian besar bandara utama telah menjadi medan pertempuran dan pergerakan keluar dari Ibu Kota Sudan, Khartoum, terbukti sangat berbahaya.

Burhan “setuju untuk menyediakan bantuan yang diperlukan untuk membantu evakuasi bagi berbagai negara,” kata militer Sudan.

Banyak pertanyaan mengemuka tentang bagaimana penyelamatan massal warga negara asing akan dilakukan karena bandara internasional utama Sudan sudah ditutup dan jutaan orang memilih berlindung di rumah.

Evakuasi Warga Negara Asing

Negara-negara asing berupaya untuk memulangkan warga negaranya di tengah memanasnya pertempuran antara tentara Sudan yang dipimpin oleh Burhan dan kelompok paramiliter di dalam dan sekitar Khartoum, Ibu Kota Sudan. Pertempuran merembet hingga wilayah-wilayah permukiman hingga banyak warga negara asing yang terjebak di rumah, sedangkan pasokan makanan terus menipis.

Kendaraan militer yang hancur tampak di selatan Khartoum, Sudan, 20 April 2023. (Foto: Marwan Ali/AP)

Gedung Putih tidak mengkonfirmasi pengumuman militer Sudan itu.

“Kami sudah menjelaskan kepada kedua belah pihak bahwa mereka bertanggung jawab untuk memastikan perlindungan bagi warga sipil dan non-kombatan,” kata Dewan Keamanan Nasional.

Pada Jumat (21/4), Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak punya rencana untuk melakukan evakuasi yang dikoordinasi oleh pemerintah terhadap sekitar 16.000 warga AS yang terjebak di Sudan.

BACA JUGA: Gedung Putih: Tidak Ada Rencana Evakuasi Warga Amerika di Sudan

Pemerintah Arab Saudi mengumumkan keberhasilannya memulangkan sebagian warga negara Saudi pada Sabtu (22/4). Negara itu membagikan cuplikan video warga Saudi dan sejumlah warga negara asing disambut dengan hadiah coklat dan karangan bunga saat mereka keluar dari kapal evakuasi di kota pelabuhan, Jeddah.

Para pejabat tidak menjelaskan bagaimana upaya penyelamatan itu berlangsung. Namun, Burhan mengatakan para diplomat dan warga negara Saudi pertama menempuh perjalanan melalui darat ke Pelabuhan Sudan, pelabuhan utama Sudan di Laut Merah. Dia mengatakan para diplomat Yordania juga akan dievakuasi dengan cara yang sama. Pelabuhan Sudan terletak sekitar 840 kilometer dari Khartoum.

Warga negara Arab Saudi dan negara lainnya disambut oleh para perwira Angkatan Laut Kerajaan Arab Saudi saat mereka tiba di Pelabuhan Laut Jeddah setelah dievakuasi dari Sudan untuk menghindari konflik bersenjata di negara itu, Arab Saudi, Sabtu, 22 April 2023. (Foto: Saudi Press Agency via Reuters)

Penerbangan Masih Berisiko

Burhan mengatakan kepada kanal berita milik Saudi, Al Arabiya, Sabtu (22/4), bahwa penerbangan ke dan dari Khartoum tetap berisiko karena pertempuran masih berlangsung. Dia mengklaim militer sudah menguasai semua bandara di negara itu, kecuali satu bandara di Kota Nyala di barat daya.

“Kami memahami kekhawatiran komunitas internasional mengenai warga negara asing,” kata Burhan. Dia berjanji Sudan akan menyediakan “bandara-bandara dan jalur aman yang diperlukan” bagi warga negara asing yang terjebak di tengah pertempuran, tapi tidak memberi penjelasan lebih lanjut.

BACA JUGA: Panglima Militer Sudan Katakan Militer Berkomitmen pada Pemerintahan Sipil

Meski kedua pihak yang bertikai mengatakan, Jumat (21/4), bahwa mereka setuju melakukan gencatan senjata selama tiga hari liburan Idulfitri, suara ledakan dan rentetan suara tembakan masih terdengar di penjuru Khartoum pada Sabtu (22/44).

Dua upaya gencatan senjata pada awal pekan ini juga gagal. Kekacauan di Sudan menjadi pukulan fatal bagi harapan negara itu untuk bertransisi menjadi negara demokrasi yang dipimpin sipil. Selain itu, muncul kekhawatiran bahwa pergolakan di Sudan akan menarik keterlibatan negara tetangga, seperti Chad, Mesir, dan Libya. [ft/ah]