Konsumsi Daging Babi dan Maraknya Restoran Cepat Saji AS di Cina

Restoran McDonald's dan KFC di Beijing, China, 22 Juli , 2014.

Satu dari tiap enam orang di bumi ini adalah orang China. Dengan jumlah penduduk 1,4 miliar jiwa, para periset dan pembuat kebijakan sejak lama bertanya-tanya: siapa yang akan memberi makan orang sebanyak itu?.

Karena orang China makan banyak daging babi, juga ada pertanyaan baru: siapa yang akan memberi makan babi-babi di negeri China?.

Pertanyaan ini timbul karena China telah mengumumkan daftar 106 produk Amerika yang akan dikenai tarif impor baru sebagai pembalasan atas tarif yang dikenakan Amerika atas barang-barang buatan China. Diantara 106 produk Amerika itu termasuk kacang kedelai, jagung dan tepung jagung yang biasanya merupakan bagian pasokan makanan babi.

Satu dasawarsa terakhir ini, konsumsi daging babi di China telah naik dua kali lipat, dan produksi daging babi China telah melebihi Amerika, sebagai penghasil daging babi terbesar di dunia. Beberapa tahun yang lalu, China juga telah membeli perusahaan ternak babi terbesar di Amerika untuk menjamin pasokan daging babi bagi penduduknya yang terus bertambah.

Penjual daging babi menunggu pelanggan di kiosnya di Changzhi, Provinsi Shanxi, 3 Maret 2008.

Karena kemakmuran China meningkat, pola makanan orang China juga berubah dan berkat globalisasi, restoran cepat saji Amerika, seperti McDonald’s dan Kentucky Fried Chicken telah menjamur di negeri itu.

Fast food restaurant di China sekarang merupakan industri yang bernilai puluhan miliar dolar per tahun. Restoran McDonald’s punya lebih dari 2.000 cabang di negeri itu. Restoran ayam goreng Kentucky kini punya lebih dari 5.000 cabang di China.

Kebiasaan makan gaya Amerika ini telah mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan konsumsi tinggi lemak jenuh, karbohidrat, garam dan gula, yang terdapat dalam minuman soda, seperti Coca Cola dan Pepsi.

Baca: Penuhi Kebutuhan Pangan, China Incar Lahan Pertanian di Luar Negeri

Studi yang diadakan oleh Profesor Barry Popkin dari Universitas North Carolina menyimpulkan hampir satu dari empat orang dewasa di China punya berat badan yang berlebih, alias gemuk, dan 80 persen orang China meninggal bukan karena penyakit menular, tapi karena penyakit jantung dan kanker yang erat hubungannya dengan konsumsi lemak hewan dan gula.

Pada tahun ’30-an dulu 97 persen kalori yang dimakan orang China berasal dari biji-bijian dan sayuran, tapi kini jumlah itu menurun menjadi 50 persen, kata data yang dihimpun Kementerian Kesehatan China.

Karena China adalah penghasil ternak potong paling besar di dunia, termasuk ayam dan unggas lainnya, juga timbul masalah limbah kotoran ternak. Kata professor Xu Cheng dari Universitas Pertanian China, hanya tiga persen dari industri ternak potong yang besar dan kelas menengah punya fasilitas untuk memproses kotoran ternak.

Kini China telah mengungguli Amerika dalam produksi gas-gas rumah kaca, antara lain karena terus bertambahnya pusat-pusat pembangkit listrik batubara, yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi. [Isa Ismail]