Pelaksanaan kontes Miss World yang akan berlangsung di Bali mulai 8 September mendatang, diharapkan beberapa pihak agar disesuaikan dengan budaya dan norma yang ada di Indonesia.
DENPASAR, JAKARTA —
Konsep pelaksanaan kontes Miss World di Indonesia pada tahun ini diharapkan disesuaikan dengan budaya dan norma-norma yang ada di Indonesia. Termasuk norma kesopanan dalam berpakaian dengan tidak diadakannya kontes menggunakan bikini.
Harapan tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pusat Vita Nova Gamawan Fauzi dalam keteranganya di Denpasar Bali pada Senin (2/9) siang. Vita Nova Gamawan Fauzi mengungkapkan jika kontes Miss World disesuaikan dengan budaya Indonesia maka tidak akan ada penolakan di Indonesia. Selain itu tudingan bahwa kontes Miss World sebagai bentuk pelecehan terhadap perempuan juga tidak akan terjadi jika kontes tidak semata-mata hanya melakukan penilaian terhadap kecantikan seseorang, tetapi juga melihat dari pengetahuan dan wawasan dari para kontestan.
“Tetapi kan ada SDM-nya tidak hanya kecantikan tetapi yang lain-lain juga ada mereka, karena disamping sebagai kebanggaan ini juga mengangkap potensi daerah kita melalui ajang Miss World ini,” papar Vita Nova.
Sedangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika berharap tidak ada aksi penolakan yang berlebihan terhadap kontes Miss World. Mengingat kontes Miss World bukanlah bagian dari kegiatan pornoaksi.
Mangku Pastika mengatakan, “Jadi apanya yang ditentang? Tidak ada mereka mau pornografi atau pornoaksi, apanya yang salah, jadi kalau (sampai) ditentang itu mengada-ada, agak aneh, sama saja dengan wisatawan biasa itu, dia bikin konferensi atau perlombaan di Bali.”
Sementara sekitar 30 orang mahasiswa Bali yang tergabung dalam Aliansi Hindu Muda Indonesia menggelar aksi di Kawasan Patung Catur Muka Denpasar. Koordinator Aksi I Gede Mas Megantara menyatakan aksi digelar sebagai bentuk dukungan terhadap kontes Miss World di Bali
I Gede Mas Megantara mengatakan, “Kita mendukung Miss World ada di Bali, kalau menurut saya Miss World di Bali itu, satu kebudayaan Bali bisa ditingkatkan lagi, dua pariwisata di Bali itu lebih terkenal lagi, kapan lagi Indonesia (bisa) menjadi tuan rumah ajang dunia.”
Sementara, Panitia Pelaksana kontes Miss World berkomitmen untuk mematuhi aturan agama dan budaya yang ada di Indonesia. Humas Panitia Pelaksana Pemilihan Miss World Syafril Nasution menegaskan sebagai bukti bahwa pelaksanaan Miss World di Indonesia tetap menghargai adat dan budaya adalah akan dipentaskannya Tari Kecak dan berbagai tarian daerah Indonesia pada pembukaan pemilihan Miss World pada tanggal 8 September mendatang. Selain itu panitia juga telah merancang kegiatan di mana para kontestan akan menggunakan pakaian hasil rancangan para disainer Indonesia.
Sebelumnya, sejumlah Ormas Islam dan Majelis Ulama Indonesia mendesak pemerintah membatalkan penyelenggaraan Miss World di Indonesia karena tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia.
Sejumlah ormas Islam seperti PP Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia, Front Pembela Islam menolak penyelenggaraan ajang kecantikan internasional itu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mempunyai sikap yang sama.
Sejumlah ormas Islam dan MUI tersebut meminta pemerintah Indonesia membatalkan acara kontes kecantikan dunia di Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, mengatakan bahwa ajang Miss World bukan cara efektif untuk memperkenalkan Indonesia di kancah internasional.
Dia menilai kontes Miss World ini sendiri sangat jauh dari nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan bangsa Indonesia. Menurutnya kontes ratu kecantikan merupakan bentuk komersialisasi terhadap perempuan.
Aspek komersialisasi kegiatan ini lanjutnya sangat besar. Pada titik tertentu kata Saleh komersialisasi jenis ini justru merendahkan martabat perempuan. Menurutnya ada banyak sponsor dan perusahaan yang menarik keuntungan besar dari 'memajang' ratusan perempuan dari berbagai negara tersebut. Karena itu, tidak semestinya Indonesia ikut-ikutan memfasilitasi kegiatan seperti ini.
Saleh menyatakan masih banyak kompetisi lain yang bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia dengan cara-cara yang lebih bermartabat.
Saleh Partaonan Daulay mengatakan, "Miss World ini tidak sesuai dengan budaya Indonesia,tradisi dan kearifan lokal di Indonesia. Kita tidak pernah mempertontonkan seorang perempuan dari kecantikannya saja karena manusia ditampilkan secara utuh bukan hanya dilihat dari fisik, kecantikan wajah, cara berjalan dan sebagainya."
Hal senada juga diungkapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin. Menurutnya kontes itu hanya menjadikan wanita sebagai objek dan hanya dijadikan ajang cari untung saja. Untuk itu tambahnya MUI menolak konteks ratu kecantikan sejagad itu diadakan di Indonesia.
Menurut Ma’ruf, pihaknya telah menyampaikan kepada pemerintah perihal penolakannya itu.
"Ya Miss World itu kan pamer kecantikan . Menurut pengalaman yang lalu-lalu, menurut MUI tidak sesuai tuntunan agama dan budaya bangsa kita karena itu MUI menolak karena dia kan pamer ini pamer itu . MUI sudah membuat pernyataan dan menyampaikan kepada pemerintah," ujar Ma’ruf Amin.
Sementara itu Panitia Penyelenggara Miss world Budi Rustanto mengatakan Miss World kali ini disesuaikan dengan nilai budaya dan adat kebiasaan di Indonesia.
Kompetisi dengan kostum bikini, misalnya tambah Budi diubah menjadi peragaan busana di pantai dengan semua kontestan berbalut sarung khas Bali.
Miss World di Indonesia kata Budi sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia ke dunia internasional.
"Semua yang dipakai selama di Indonesia seperti kebaya, batik semua diwajibkan menggunakan desainer Indonesia, baham material Indonesia, makanan-makanan Indonesia. Intinya bagaimana membantu pemerintah mempromote pariwisata sehingga mendapatkan turis, potensi-potensi dilihat masyarakat luas Indonesia aman, nyaman sehingga investasi akan berlanjut," kata Budi Rustanto.
Para kontestan Miss World ke-63 akan berada di Bali selama kurang lebih tiga minggu sebelum malam puncak yang dilaksanakan di Sentul, Bogor, pada 28 September.Peserta dari Israel -yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia- dipastikan tidak akan ikut serta dalam ajang pemilihan tersebut.
Sejumlah media massa Israel menulis penarikan mundur tersebut karena Indonesia selaku tuan rumah tidak mengakui Israel.
Harapan tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pusat Vita Nova Gamawan Fauzi dalam keteranganya di Denpasar Bali pada Senin (2/9) siang. Vita Nova Gamawan Fauzi mengungkapkan jika kontes Miss World disesuaikan dengan budaya Indonesia maka tidak akan ada penolakan di Indonesia. Selain itu tudingan bahwa kontes Miss World sebagai bentuk pelecehan terhadap perempuan juga tidak akan terjadi jika kontes tidak semata-mata hanya melakukan penilaian terhadap kecantikan seseorang, tetapi juga melihat dari pengetahuan dan wawasan dari para kontestan.
“Tetapi kan ada SDM-nya tidak hanya kecantikan tetapi yang lain-lain juga ada mereka, karena disamping sebagai kebanggaan ini juga mengangkap potensi daerah kita melalui ajang Miss World ini,” papar Vita Nova.
Sedangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika berharap tidak ada aksi penolakan yang berlebihan terhadap kontes Miss World. Mengingat kontes Miss World bukanlah bagian dari kegiatan pornoaksi.
Mangku Pastika mengatakan, “Jadi apanya yang ditentang? Tidak ada mereka mau pornografi atau pornoaksi, apanya yang salah, jadi kalau (sampai) ditentang itu mengada-ada, agak aneh, sama saja dengan wisatawan biasa itu, dia bikin konferensi atau perlombaan di Bali.”
Sementara sekitar 30 orang mahasiswa Bali yang tergabung dalam Aliansi Hindu Muda Indonesia menggelar aksi di Kawasan Patung Catur Muka Denpasar. Koordinator Aksi I Gede Mas Megantara menyatakan aksi digelar sebagai bentuk dukungan terhadap kontes Miss World di Bali
I Gede Mas Megantara mengatakan, “Kita mendukung Miss World ada di Bali, kalau menurut saya Miss World di Bali itu, satu kebudayaan Bali bisa ditingkatkan lagi, dua pariwisata di Bali itu lebih terkenal lagi, kapan lagi Indonesia (bisa) menjadi tuan rumah ajang dunia.”
Sebelumnya, sejumlah Ormas Islam dan Majelis Ulama Indonesia mendesak pemerintah membatalkan penyelenggaraan Miss World di Indonesia karena tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia.
Sejumlah ormas Islam seperti PP Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia, Front Pembela Islam menolak penyelenggaraan ajang kecantikan internasional itu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mempunyai sikap yang sama.
Sejumlah ormas Islam dan MUI tersebut meminta pemerintah Indonesia membatalkan acara kontes kecantikan dunia di Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, mengatakan bahwa ajang Miss World bukan cara efektif untuk memperkenalkan Indonesia di kancah internasional.
Dia menilai kontes Miss World ini sendiri sangat jauh dari nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan bangsa Indonesia. Menurutnya kontes ratu kecantikan merupakan bentuk komersialisasi terhadap perempuan.
Aspek komersialisasi kegiatan ini lanjutnya sangat besar. Pada titik tertentu kata Saleh komersialisasi jenis ini justru merendahkan martabat perempuan. Menurutnya ada banyak sponsor dan perusahaan yang menarik keuntungan besar dari 'memajang' ratusan perempuan dari berbagai negara tersebut. Karena itu, tidak semestinya Indonesia ikut-ikutan memfasilitasi kegiatan seperti ini.
Saleh menyatakan masih banyak kompetisi lain yang bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia dengan cara-cara yang lebih bermartabat.
Saleh Partaonan Daulay mengatakan, "Miss World ini tidak sesuai dengan budaya Indonesia,tradisi dan kearifan lokal di Indonesia. Kita tidak pernah mempertontonkan seorang perempuan dari kecantikannya saja karena manusia ditampilkan secara utuh bukan hanya dilihat dari fisik, kecantikan wajah, cara berjalan dan sebagainya."
Hal senada juga diungkapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin. Menurutnya kontes itu hanya menjadikan wanita sebagai objek dan hanya dijadikan ajang cari untung saja. Untuk itu tambahnya MUI menolak konteks ratu kecantikan sejagad itu diadakan di Indonesia.
Menurut Ma’ruf, pihaknya telah menyampaikan kepada pemerintah perihal penolakannya itu.
"Ya Miss World itu kan pamer kecantikan . Menurut pengalaman yang lalu-lalu, menurut MUI tidak sesuai tuntunan agama dan budaya bangsa kita karena itu MUI menolak karena dia kan pamer ini pamer itu . MUI sudah membuat pernyataan dan menyampaikan kepada pemerintah," ujar Ma’ruf Amin.
Sementara itu Panitia Penyelenggara Miss world Budi Rustanto mengatakan Miss World kali ini disesuaikan dengan nilai budaya dan adat kebiasaan di Indonesia.
Kompetisi dengan kostum bikini, misalnya tambah Budi diubah menjadi peragaan busana di pantai dengan semua kontestan berbalut sarung khas Bali.
Miss World di Indonesia kata Budi sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia ke dunia internasional.
"Semua yang dipakai selama di Indonesia seperti kebaya, batik semua diwajibkan menggunakan desainer Indonesia, baham material Indonesia, makanan-makanan Indonesia. Intinya bagaimana membantu pemerintah mempromote pariwisata sehingga mendapatkan turis, potensi-potensi dilihat masyarakat luas Indonesia aman, nyaman sehingga investasi akan berlanjut," kata Budi Rustanto.
Para kontestan Miss World ke-63 akan berada di Bali selama kurang lebih tiga minggu sebelum malam puncak yang dilaksanakan di Sentul, Bogor, pada 28 September.Peserta dari Israel -yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia- dipastikan tidak akan ikut serta dalam ajang pemilihan tersebut.
Sejumlah media massa Israel menulis penarikan mundur tersebut karena Indonesia selaku tuan rumah tidak mengakui Israel.