Jumlah korban tewas, Rabu 916/8), naik menjadi 45 dalam bentrokan awal pekan ini antara milisi yang bersaing di ibu kota Libya, Tripoli, kata otoritas medis. Bentrokan ini tampaknya menjadi rentetan kekerasan paling sengit yang mengguncang ibu kota tahun ini.
Bentrokan meletus Senin malam antara anggota milisi dari brigade 444 dan Pasukan Pencegahan Khusus, dan berlanjut hingga Selasa malam. Ketegangan berkobar setelah Mahmoud Hamza, komandan senior brigade 444, diduga ditahan kelompok saingan di satu bandara di Tripoli, menurut laporan media lokal. Hamza kemudian dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan yang bertujuan menghentikan kekerasan, kata laporan itu.
Malek Merset, juru bicara Pusat Pengobatan dan Dukungan Darurat Libya, Rabu, mengatakan bahwa jumlah korban tewas naik dari 27 menjadi 45, sedangkan 146 lainnya terluka, naik dari 106 pada Selasa. Belum jelas berapa banyak dari yang tewas itu milisi atau warga sipil.
BACA JUGA: Pemulihan Hubungan Turki-Mesir, Tingkatkan Harapan Perdamaian di Timur Tengah dan AfrikaPada Rabu, militer Libya berpatroli di jalan-jalan dan menyebar ke seluruh Tripoli. Kementerian Dalam Negeri Libya mengatakan pasukan keamanan dikerahkan ke daerah-daerah di mana pertempuran paling sengit, termasuk kawasan Fernaj dan Jalan al-Shouk. Namun, pada Rabu, kota kembali tenang.
Kekerasan ini menggarisbawahi kerapuhan Libya yang dilanda perang setelah pemberontakan 2011 berubah menjadi perang saudara, yang menggulingkan dan kemudian membunuh diktator Moammar Gadhafi. Di tengah kekacauan, milisi semakin kaya dan berkuasa, khususnya di Tripoli dan di bagian barat negara itu. [ka/lt]