Korban Gempa di Italia Tengah Mencapai 247 Jiwa

Foto yang diambil dari udara ini menampilkan bangunan-bangunan di kota Amatrice, Italia Tengah, yang hancur akibat diguncang gempa, 24 Agustus 2016 (AP Photo/Gregorio Borgia).

Gempa bumi yang mengguncang Italia tengah, Rabu (24/8), menewaskan 247 orang dan melukai lebih dari 360 lainnya. Demikian menurut badan perlindungan sipil Italia.

Perdana Menteri Italia Matteo Renzi melakukan peninjauan dengan helikopter ke lokasi-lokasi yang dihantam gempa dan berjabat tangan dengan para relawan SAR, Kamis (25/8) sebelum berbicara dengan menteri infrastruktur dan kepala badan perlindungan sipil.

Dia menolak untuk memberikan pernyataan apapun kepada wartawan, karena menurutnya kini “bukan waktunya untuk berbicara.” Sebelumnya, Renzi mengatakan, “tidak ada keluarga, desa, dan kota yang akan ditinggalkan sendirian.”

Gempa bumi itu terjadi beberapa saat setelah pukul 03:30 waktu setempat, mengakibatkan kerusakan yang luas di tiga kota dekat pusat gempa. Anak-anak termasuk di antara yang tewas.

Menurut Survei Geologi Amerika (USGS) gempa berkekuatan 6,2 pada skala Richter itu berpusat sekitar 10 kilometer arah tenggara dari kota Norcia.

Getaran gempa itu juga dirasakan di sebagian besar wilayah Umbria, termasuk ibukota, Roma, yang berjarak 150 kilometer dari pusat gempa.

Daerah yang paling parah termasuk kota Amatrice dan kota Accumoli, yang sebagian besar menjadi puing-puing. “Tiga perempat kota ini sudah tidak ada lagi,” kata walikota Amatrice, Sergio Pirozzi, kepada lembaga penyiaran pemerintah RAI. Dia menambahkan prioritas utama sekarang adalah menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin. “Terdengar suara-suara di bawah reruntuhan, kita harus menyelamatkan orang-orang di sana,” kata Pirozzi.

Badan perlindungan sipil mengukuhkan di Amatrice saja 53 orang tewas dan sekitar 150 orang lainnya belum ditemukan.

“Seluruh langit-langit runtuh, tapi tidak menjatuhi saya,” kata Maria Gianni, warga Amatrice. “Saya hanya bisa menutup kepala dengan bantal dan untungnya saya tidak terkena, kecuali luka sedikit pada kaki saya,” tambahnya.

Wanita lain, yang duduk di depan rumahnya yang hancur, mengatakan dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada orang-orang yang dicintainya. “Amatrice adalah salah satu kota yang paling indah di Italia dan sekarang tidak ada yang tersisa,” katanya.

Pastor Savino D'Amelio, seorang imam paroki di Amatrice, menyebut keadaan di kota itu sebuah “tragedi besar."

Di provinsi tetangga Marche, gempa dirasakan pada pukul 3:36 dini hari. Di Montefiore dell'Aso, sekitar 90 menit perjalanan dengan mobil dari pusat gempa, Norcia, guncangan berlangsung sekitar 30 detik, menurut koresponden VOA Jamie Dettmer yang berada di sana.

Dia mengatakan para tamu yang menginap di Hotel Magnolia, yang dibangun di lereng gunung yang indah dengan lembah menuju Laut Adriatik, dikejutkan oleh kekuatan dan durasi gempa. Mereka bergegas meninggalkan gedung hotel itu karena takut gempa susulan. “Hotel ini berderit-derit ketika guncangan berkepanjangan seakan menguji kekutannya, dan ternyata gedung ini bertahan dan masih tegak berdiri. Hanya ada retakan kecil dan dangkal di dinding bata,” kata Jamie Dettmer.

Sekitar 45 menit kemudian, gempa kedua yang lebih lemah berlangsung sekitar 20 detik, dan kemudian, gempa susulan lain terasa, juga berlangsung sekitar 20 detik.

Menurut Dettmer, lebih dari 80 gempa susulan terasa sejak gempa utama di berbagai bagian Italia. “Warga di provinsi Lazio, provinsi Marche dan Umbria di Italia tengah berada dalam keadaan ketakutan. Banyak orang takut akan terulangnya kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi tahun 2009 yang menghancurkan kota L'Aquila di mana 309 orang tewas. Sejauh ini desa-desa kecil yang sebagian besar terimbas,” tambahnya. Gempa hari Rabu itu terjadi tidak jauh dari L'Aquila.

Sebagian besar yang tewas berada di desa Accumoli dan Amatrice. Desa lain bernama Pescara del Tronto, di tenggara Norcia, rata dengah tanah.

Di Vatikan, Paus Fransiskus menyatakan dukacita mendalam bagi orang-orang dan kota-kota yang terkena dampak gempa itu, dan membatalkan bagian audiensi umum untuk berdoa bagi para korban. [lt/ab]