Sekitar 45 petani tewas dalam serangan yang dilakukan oleh beberapa penggembala di negara bagian Nasarawa, Nigeria, demikian disampaikan kantor kepresidenan Nigeria, pada Selasa (21/12), sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP. Angka tersebut menunjukkan jumlah korban yang lebih tinggi daripada yang dilaporkan sebelumnya oleh pejabat lokal.
Polisi setempat mengatakan kekerasan meletus pada Jumat (17/12) dan berlanjut hingga Minggu (19/12) ketika para penggembala Fulani yang bersenjata menyerang penduduk desa dari kelompok etnis Tiv atas pembunuhan seorang kerabat yang mereka tuduh dilakukan petani Tiv.
Polisi awalnya melaporkan delapan korban tewas, dengan sumber lain mengatakan lebih banyak lagi yang tewas.
Kantor Presiden Muhammadu Buhari, pada Selasa (21/12) merilis sebuah pernyataan yang "menyatakan kesedihan atas pembunuhan yang menyayat hati terhadap 45 petani dan menyebabkan sejumlah orang lainnya terluka".
Dalam pernyataanya, Buhari mengatakan pemerintahnya akan "melakukan segalanya untuk menangkap para pelaku insiden yang tidak masuk akal dan biadab ini, dan menyeret mereka ke pengadilan".
Juru bicara kepolisian negara bagian Nasarawa, Ramhan Nansel, sebelumnya mengatakan bahwa tim militer dan polisi telah dikerahkan di daerah itu untuk memulihkan ketenangan dan menangkap para pelaku.
"Kami menerima pengaduan tentang pembunuhan seorang penggembala Fulani tetapi saat penyelidikan sedang berlangsung, serangan balasan dilakukan di desa Hangara dan desa tetangga Kwayero," kata Nansel.
BACA JUGA: Serangan Udara Nigeria 'Tewaskan Lebih dari 100 Jihadis'"Delapan orang tewas dalam serangan itu dan mayat mereka ditemukan oleh polisi dan dibawa ke rumah sakit."
Namun, Peter Ahemba dari Asosiasi Pembangunan Etnis Tiv mengatakan jumlah korban tewas lebih tinggi.
"Kami menemukan lebih dari 20 mayat orang-orang kami yang tewas dalam serangan di 12 desa di seluruh distrik Lafia, Obi dan Awe, di mana sekitar 5.000 orang kini mengungsi," katanya sambil menambahkan bahwa banyak orang dilaporkan masih hilang.
Bentrokan mematikan antara penggembala ternak nomaden dan petani lokal atas penggembalaan dan hak penguasaan air biasa terjadi di wilayah Nigeria tengah.
Konflik itu telah meluas pada dimensi etnis dan agama dalam beberapa tahun terakhir. Para penggembala Fulani adalah Muslim dan para petani umumnya beragama Kristen. [my/jm]