Atas permintaan keluarga, jenazah pilot pesawat Super Tucano yang meninggal dunia akibat kecelakaan di Malang Jawa Timur Rabu pagi, Mayor Penerbang Ivy Safatillah dimakamkan di Yogyakarta Kamis siang.
Ayah almarhum, Fahrus Faisol mewakili keluarga menyerahkan jenazah kepada TNI Angkatan Udara di rumah mertua almarhum di Jalan Perintis Kemerdekaan Umbulharjo Yogyakarta. Selanjutnya pemakaman secara militer dilakukan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta Kamis siang, dengan komandan upacara Komandan Lanud Adisucipto Marsekal Pertama Imran Baidirus.
Pemakaman dihadiri antara lain isteri almarhum, dokter Diana Fitri yang sedang mengandung anak ke-3, serta dua puteranya yaitu Dafa Fina Sandy Zein (9 tahun) dan Aksa Jaza Maulana (7 tahun).
Di tempat sama 21 Desember 2015 Marsma Imran Baidirus memimpin upacara pemakaman Kapten Penerbang Dwi Cahyadi yang meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat tempur ringan T50i Golden Eagle milik TNI AU saat perayaan Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015.
Your browser doesn’t support HTML5
Menurut Marsma Imran Baidirus, spirit airmanship yang menjadi jiwa setiap prajurit TNI AU sebenarnya selalu mengutamakan keselamatan terbang.
"Mission accomplished, safety always...itu motto kita. Jadi kita tidak akan pernah terlepas dari motto safety first setiap hari. Baik sebelum melaksanakan tugas, setelah melaksanakan tugas setiap hari kita evaluasi, itu rutinitas kita. Kalau terjadi hal-hal seperti ini tentu kita akan kita jadikan satu pembelajaran lagi, kita evaluasi lagi dan introspeksi terus," ujarnya.
Mayor Pnb Ivy Safatillah lahir di Tuban, Jawa Timur 9 April 1979 adalah lulusan Akademi Angkatan Udara Yogyakarta tahun 2000 dan Sekolah Penerbangan Angkatan 64. Jabatan terakhir adalah Kafaslat Wing 2 (Kepala Fasilitas Pelatihan Simulator) pesawat Super Tucano di Lanud Abdurrahman Saleh Malang.
Ayah almarhum, Fahrus Faisol mengatakan sejak kecil putra keduanya (dari 3 putera) itu memang sejak kecil bercita-cita ingin menjadi tentara melalui AKABRI dan ingin menjadi bintang bagi kedua orangtua-nya.
"Cita-citanya,pengabdiannya memang ingin jadi tentara lewat AKABRI waktu itu. Kebetulan dia masuk di matra TNI AU dan kebetulan setelah lulus dari perwira ia masuk di sekolah penerbang TNI AU. Terakhir itu dia Cuma bilang satu; saya ingin membanggakan kedua orangtua saya dan saya bagian dari anak dan ibu yang kelak akan menjadi bintang yang ada di keluarga. Dengan ibunya, Selasa malam Rabu itu bicara di telepon hingga pukul 10 malam dan jam 10 paginya itu ada kejadian kecelakaan di kota Malang," kata Faisol.