Pejabat kesehatan China, Selasa (18/2) melaporkan jumlah penderita virus korona COVID-19 yang sudah dikukuhkan telah melampaui 72 ribu orang, dan korban yang meninggal bertambah mendekati 1.900 orang.
Angka terbaru itu mencakup 98 orang lagi meninggal dan 1.886 penderita baru virus yang membuat sistem layanan kesehatan China kewalahan, serta menyebabkan pihak berwenang mengisolasi beberapa daerah dalam upaya menghentikan penyebaran virus tersebut.
Televisi pemerintah China melaporkan satu orang lagi yang meninggal karena virus korona, Selasa (18/2) adalah Liu Zhiming, direktur Rumah Sakit Wuchang, ibu kota provinsi Hubei, yang menjadi pusat perebakan virus tersebut.
BACA JUGA: China: Virus COVID-19 Tak Segawat Virus Korona LainnyaDirjen Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (17/2) mengatakan data yang dikeluarkan China dalam beberapa hari ini mengindikasikan penurunan jumlah penderita baru. Namun, katanya, kecenderungan ini “harus ditafsirkan dengan sangat hati-hati.”
“Kita tidak punya cukup data mengenai kasus-kasus di luar China untuk membuat kesimpulan yang berarti,” kata Tedros.
Seorang dokter ahli paru China memprediksi jumlah infeksi akan mencapai tingkat yang stabil, bukan langsung turun drastis, setelah mencapai puncaknya pada bulan Februari ini.
“Kecenderungan itu dapat berubah sementara populasi baru terimbas. Terlalu dini untuk menyatakan apakah penurunan yang dilaporkan ini akan berlanjut,” tambah Tedros. Ia menyatakan perebakan virus korona itu “sangat serius” dan “berpotensi terus meluas” tetapi sebagian besar terjadi di Hubei.
Tedros Ghebreyesus juga mengatakan virus korona baru "COVID-19" tampaknya tidak seganas virus-virus korona sebelumnya, termasuk yang menyebabkan SARS dan MERS. Lebih dari 80 persen pasien yang terpapar COVID-19 menderita “sakit ringan dan akan sembuh.” [uh/ab]