Korea Selatan untuk pertama kali berhasil meluncurkan satelit ke antariksa dari negaranya sendiri, bergabung dalam kelompok eksklusif yang dalam sejarah hanya diikuti 12 negara.
SEOUL —
Korea Selatan sebelumnya gagal melakukan peluncuran yang sempurna, memungkinkan Korea Utara yang miskin mengalahkan saingannya dalam peluncuran ke antariksa.
Dalam peluncuran oleh Korea Selatan tahun 2009 dan 2010, penghalang pelindung di sekitar payload gagal berpisah secara sempurna dari roket.
Kali ini semua tampak berjalan sesuai rencana setelah KSLV-1, dengan tahapan pertama Rusia, lepas landas dari Naro Space Center, 480 kilometer selatan Seoul.
Muatannya hanyalah simbolis: satelit berbobot 100 kilogram dengan perkiraan rentang masa operasi satu tahun berisi osilator percobaan yang memancarkan detak pendek laser ultra.
Menteri Sains Korea Selatan Lee Ju-ho, mengatakan satelit itu kini berada di orbit.
Lee menyatakan misi itu sukses. Ia mengatakan kegagalan dua peluncuran sebelumnya tidak membuat putus asa, justru malah meningkatkan motivasi yang menyebabkan keberhasilan peluncuran ketiga.
Pejabat-pejabat berharap bisa mengukuhkan hari Kamis waktu Asia apakah satelit itu berfungsi sepenuhnya.
Peluncuran itu dipuji sebagai tolok ukur kebanggaan nasional bagi ekonomi terbesar keempat Asia itu, yang sudah punya reputasi kuat sebagai pembuat piranti elektronik berkualitas nomor satu, manufaktur mobil dan pembuatan kapal. Tetapi, tidak seperti saingan ekonomi dan tetangganya, Jepang dan Tiongkok, Korea Selatan tidak pernah mampu meluncurkan objek ke antariksa dari dalam negerinya sendiri.
Peluncuran itu terjadi kurang dari dua bulan setelah saingannya, Korea Utara, menempatkan satelit ke orbit.
Menurut peneliti senior Kang Kyung-in pada Pusat Penelitian Teknologi Satelit Korea Selatan, KAIST, Korea Utara terus berinvestasi dalam roket sejak tahun 1998.
Kang mengatakan, walau teknologi roket kedua negara serupa, program Korea Selatan murni untuk tujuan ilmiah.
Peluncuran Unha-3 oleh Korea Utara dikutuk masyarakat internasional sebagai pelanggaran sanksi PBB dan sebagai ujicoba rudal balistik terselubung. Hal itu mendorong Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Korea Utara.
Korea Utara mengklaim meluncurkan satelit pengamat bumi. Menurut ilmuwan di luar negara tertutup itu, belum ada indikasi satelit itu mentransmisikan sinyal apapun.
Dalam peluncuran oleh Korea Selatan tahun 2009 dan 2010, penghalang pelindung di sekitar payload gagal berpisah secara sempurna dari roket.
Kali ini semua tampak berjalan sesuai rencana setelah KSLV-1, dengan tahapan pertama Rusia, lepas landas dari Naro Space Center, 480 kilometer selatan Seoul.
Muatannya hanyalah simbolis: satelit berbobot 100 kilogram dengan perkiraan rentang masa operasi satu tahun berisi osilator percobaan yang memancarkan detak pendek laser ultra.
Menteri Sains Korea Selatan Lee Ju-ho, mengatakan satelit itu kini berada di orbit.
Lee menyatakan misi itu sukses. Ia mengatakan kegagalan dua peluncuran sebelumnya tidak membuat putus asa, justru malah meningkatkan motivasi yang menyebabkan keberhasilan peluncuran ketiga.
Pejabat-pejabat berharap bisa mengukuhkan hari Kamis waktu Asia apakah satelit itu berfungsi sepenuhnya.
Peluncuran itu dipuji sebagai tolok ukur kebanggaan nasional bagi ekonomi terbesar keempat Asia itu, yang sudah punya reputasi kuat sebagai pembuat piranti elektronik berkualitas nomor satu, manufaktur mobil dan pembuatan kapal. Tetapi, tidak seperti saingan ekonomi dan tetangganya, Jepang dan Tiongkok, Korea Selatan tidak pernah mampu meluncurkan objek ke antariksa dari dalam negerinya sendiri.
Peluncuran itu terjadi kurang dari dua bulan setelah saingannya, Korea Utara, menempatkan satelit ke orbit.
Menurut peneliti senior Kang Kyung-in pada Pusat Penelitian Teknologi Satelit Korea Selatan, KAIST, Korea Utara terus berinvestasi dalam roket sejak tahun 1998.
Kang mengatakan, walau teknologi roket kedua negara serupa, program Korea Selatan murni untuk tujuan ilmiah.
Peluncuran Unha-3 oleh Korea Utara dikutuk masyarakat internasional sebagai pelanggaran sanksi PBB dan sebagai ujicoba rudal balistik terselubung. Hal itu mendorong Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Korea Utara.
Korea Utara mengklaim meluncurkan satelit pengamat bumi. Menurut ilmuwan di luar negara tertutup itu, belum ada indikasi satelit itu mentransmisikan sinyal apapun.