Upaya awal Korea Selatan untuk menanggulangi masalah debu halus di negara itu gagal minggu ini. Para pejabat berusaha menciptakan hujan buatan untuk mengatasi polusi udara yang parah saat ini yang dituduh kebanyakan orang Seoul disebabkan oleh negara tetangganya, China. Ini menjadi masalah yang semakin penting bagi penduduk.
Kim Byung-gon, profesor di Departemen Ilmu Atmosfer dan Lingkungan Universitas Gangneung-Wonju mengatakan kepada VOA bahwa partikel debu halus dari China itu bukan satu-satunya yang menyebabkan udara buruk Korea Selatan.
"Debu halus terjadi ketika polutan yang dipancarkan dari China dan polutan internal (Korea Selatan) tetap ada di udara," kata Kim, yang juga mencatat bahwa penyebab pasti masalah pencemaran udara di Seoul belum sepenuhnya diidentifikasi.
BACA JUGA: Lebih 400 Sekolah di Bangkok Tutup karena Polusi UdaraDong Jong-in, profesor di Departemen Atmosfer dan Ilmu Lingkungan di Universitas Seoul, mengatakan walaupun faktor domestik mempengaruhi keseluruhan partikel di udara, "debu halus yang mengalir dari luar negara dalam arus udara bagian atas adalah faktor kunci."
Karena kekhawatiran penduduk yang terus-menerus tentang kualitas udara yang buruk selama berhari-hari, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah mengumumkan bahwa menyelesaikan masalah debu halus di negara itu akan menjadi salah satu kebijakan yang akan dilaksanakan pemerintahannya.
Selama tiga hari berturut-turut pada pertengahan Januari, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan peringatan kepada warga tentang tingkat debu mikro yang tinggi di udara dan mendesak warga agar tidak keluar rumah, atau memakai masker jika harus berada di luar, dan melindungi diri agar paparan seminimal mungkin. Selama beberapa hari itu, debu halus dan tebal menyelimuti sebagian besar Korea Selatan. Polusi itu tidak hanya terlihat dengan mata telanjang, tetapi bisa dirasakan di tenggorokan seseorang, kata seorang warga kepada kantor berita Yonhap Korea Selatan.
Dong Jong-in mengatakan udara di semenanjung Korea sudah cukup lama berdebu. Pihak berwenang Korea Selatan telah memantau tingkat debu secara keseluruhan dan melihat peningkatan antara 2012 dan 2013. Tetapi sejak itu, pemantauan partikel PM2.5 (partikel debu sangat halus yang dianggap berbahaya) pada tahun 2015 telah menunjukkan peningkatan polusi yang besar.
Your browser doesn’t support HTML5
Pekan lalu, sebuah pesawat terbang di wilayah barat Seoul membawa perak iodida, bahan kimia yang membantu pembentukan tetesan air di awan. Pihak berwenang mengatakan pesawat itu melepaskan 24 semburan bahan kimia tersebut di atas awan dengan harapan memicu hujan. Badan Meteorologi Korea (KMA) mengatakan hasil awal "mengecewakan."
KMA hanya mendeteksi hujan rintik dan kabut selama beberapa menit, "tidak ada curah hujan yang signifikan."
Menurut Kim, menciptakan curah hujan buatan itu sendiri tidak mudah, padahal diperlukan hujan yang cukup deras untuk membersihkan debu.
Penggunaan bahan bakar yang lebih bersih, tambahnya, akan mengurangi polusi dari kendaraan, dan mengatasi polusi pabrik juga harus menjadi bagian dari solusi untuk masalah yang sedang dihadapi. [as]