Baru minggu lalu, Kim Jong-un mengatakan siap untuk “berdialog dan berkonfrontasi” dengan Amerika.
Beberapa pejabat AS melihat secercah harapan dalam pernyataan itu. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pernyataan itu mencerminkan "sinyal yang menarik."
Jake Sullivan, sebagaimana dilaporkan Associated Press dalam wawancara di televisi ABC News/This Week bersama George Stephanopoulos sebelumnya mengatakan, "Waktu yang akan menjawab. Yang disampaikan Presiden Biden adalah Amerika siap untuk terlibat dalam negosiasi berprinsip dengan Korea Utara untuk menghadapi tantangan program nuklir Korea Utara yang mengarah pada denuklirisasi sepenuhnya di semenanjung Korea. Kita menunggu sinyal yang lebih jelas dari Pyongyang, apakah mereka siap untuk duduk di meja perundingan guna mulai bekerja ke arah itu."
Tetapi Selasa (22/6), saudara perempuan Kim Jong-un membantah anggapan bahwa Pyongyang siap untuk kembali berunding.
Kepada media milik pemerintah, ia mengatakan Penasihat Keamanan AS itu memperlihatkan sebuah harapan yang "salah" tentang pernyataan saudara laki-lakinya, dan menambahkan AS mungkin akan kecewa dengan apa yang akan berlangsung selanjutnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Pernyataan ini merupakan yang terbaru dalam upaya diplomatik antara Korea Utara dan pemerintahan Biden.
Amerika mengatakan terbuka untuk berunding, sementara tetap berencana untuk melanjutkan sanksi terhadap Korea Utara.
Sung Kim, utusan AS untuk Korea Utara, mengunjungi Seoul minggu ini.
“Kami terus berharap Korea Utara (DPRK) akan merespon positif pada pendekatan dan tawaran kami untuk bertemu di mana saja, kapan saja tanpa prasyarat. Sementara itu, kami akan terus menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai DPRK. Kami juga akan mendesak semua negara anggota PBB, terutama anggota Dewan Keamanan PBB, untuk melakukan hal yang sama, untuk mengatasi ancaman dari DPRK terhadap masyarakat internasional,” komentarnya.
Korea Utara telah memboikot pembicaraan dengan Amerika sejak 2019. Pada pertemuan puncak dengan Kim Jong-un pada bulan Februari 2019, mantan Presiden AS Donald Trump menolak tawaran di mana Korea Utara akan membongkar sebuah kompleks nuklir penting dengan imbalan pencabutan sebagian besar sanksi AS.
Sejak itu, pandemi virus corona telah menjungkir balikkan situasi. Korea Utara melakukan penutupan wilayah total pada Januari 2020, memutuskan hampir semua kontak dengan dunia luar. [my/jm]