Korea Utara Laporkan Kasus Dugaan Virus Corona Pertama

Siswa Sekolah Dasar Kim Song Ju diperiksa suhu tubuhnya di Pyongyang, Korea Utara, 3 Juni 2020. Setelah beberapa bulan menyangkal ada infeksi virus korona, Korea Utara melaporkan dugaan kasus pertamanya pada 25 Juli 2020. (Foto: AP)

Setelah berbulan-bulan membantah negaranya memiliki kasus infeksi virus corona, Korea Utara akhirnya melaporkan dugaan kuat kasus pertamanya. Mereka menyalahkan seorang yang diduga pembangkang, yang baru-baru ini memasuki kembali negara tersebut.

Media pemerintah mengatakan seorang pembangkang yang “diduga terinfeksi virus kejam itu” telah meninggalkan Korea Selatan tiga tahun lalu tapi kembali pada 19 Juli “setelah secara ilegal menyeberangi garis demarkasi” yang memisahkan kedua Korea.

Kantor berita pemerintah KCNA mengatakan “hasil yang belum jelas dibuat dari beberapa pemeriksaan medis terhadap sekresi dari organ pernapasan atas dan darah orang itu.” Tapi KCNA tidak mengatakan apakah pasien itu menjalani tes virus korona.

“Orang itu dikarantina dengan ketat sebagai langkah utama dan semua orang di Kota Kaesong yang kontak dengan orang itu dan mereka yang pernah ke kota itu dalam lima hari terakhir, diselidiki secara menyeluruh, diperiksa secara medis dan dikarantina,” katanya.

BACA JUGA: Pemimpin Korut Kecam Penundaan Pembangunan Rumah Sakit

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri sebuah pertemuan politbiro Sabtu (25/7), dimana dia mengaku "virus kejam itu bisa dikatakan telah memasuki negara itu," kata KCNA.

Kim, kata laporan itu, mendeklarasikan keadaan darurat di wilayah yang terdampak dan "mengambil langkah untuk menutup Kota Kaesong dan mengisolasi masing-masing distrik dan kawasan dengan yang lainnya pada 24 Juli siang, setelah menerima laporan itu."

Korea Utara sejak lama bersikeras negaranya bebas virus corona, meskipun banyak pakar di luar Korut mengatakan hal itu tidak mungkin. Negara itu memiliki perbatasan yang panjang dengan China, tempat dimana virus itu berasal. Meskipun Korut bergerak cepat untuk menutup perbatasan secara resmi, tapi banyak interaksi di sepanjang perbatasan terjadi secara informal dan sulit dikontrol.

Wabah di Korut akan jadi sangat berbahaya, karena banyak bagian negara itu miskin dan minim sistem layanan kesehatan yang layak. [vm/ah]