Korea Utara mengusir satu tim wartawan BBC, Senin (9/5), tampaknya karena para pejabat tidak senang dengan laporan mereka.
Rupert Winfield-Hayes, koresponden BBC di Tokyo, produser Maria Byrne dan juru kamera Matthew Goddard ditahan hari Jumat sewaktu akan meninggalkan Korea Utara. Wingfield-Hayes diinterogasi selama delapan jam.
Tim BBC berada di Korea Utara menjelang Kongres Partai Pekerja, mendampingi delegasi pemenang-pemenang Nobel yang sedang melakukan perjalanan riset.
Tim itu juga bergabung dengan 130 jurnalis asing lainnya yang diundang untuk meliput pembukaan Kongres Partai Pekerja Korea Utara, pertemuan politik terbesar di negara itu dalam beberapa dekade ini.
Akan tetapi para wartawan dijauhkan dari ribuan pejabat partai yang berkumpul pada acara tersebut dan para petugas pemerintah mengatur dengan ketat pergerakan wartawan.
Kongres partai itu sendiri berupaya menunjukkan persatuan dan dukungan bagi kebijakan “Byongjin” pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Byongjin adalah kebijakan yang mendorong mendorong pembangunan ekonomi dan persenjataan nuklir secara bersamaan.
Dalam pidatonya di hadapan Kongres akhir pekan lalu, Kim, yang mengenakan setelan jas Barat, mendapat sambutan hangat. Tetapi para analis menyatakan ia tidak mengajukan proposal serius apapun untuk mengurangi ketegangan internasional terkait program nuklir Korea Utara.
PBB menerapkan sanksi-sanksi ekonomi yang keras terhadap Korea Utara Maret lalu terkait uji coba nuklir terbarunya dan peluncuran roketnya awal tahun ini.
Kim menyatakan Korea Utara adalah negara nuklir, tetapi ia mengatakan akan menahan diri dari penggunaan senjata nuklir kecuali jika kedaulatan Korea Utara dilanggar. Kim juga mengatakan ia bersedia menormalisasi hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Korea Utara.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Moon Sang-kyun hari Senin (9/5) menolak sikap Kim.
“Sikap konsisten kami dan masyarakat internasional adalah tidak mengakui Korea Utara sebagai negara nuklir. Pemerintah kami akan terus menerus berupaya membuat Korea Utara mengakhiri kekuatan nuklirnya melalui sanksi-sanksi dan tekanan yang keras,” katanya.
Bong Young-shik, analis keamanan national di Asan Institute for Policy Studies di Seoul juga menyangsikan apakah Kim Jong-un benar-benar mengajukan proposal series untuk terlibat dalam dialog guna mengurangi ketegangan antar-Korea.
“Menurut saya proposal itu perlu dicermati untuk mengetahui apakah ada signifikansi di dalamnya atau ini sekadar kedok untuk menyatakan kepada dunia bahwa rezim Korea Utara mungkin berniat mengurangi ketegangan,” jelasnya.
Masyarakat internasional, termasuk sekutu-sekutu Korea Utara, China dan Rusia, menghendaki pemerintah Kim Jong-un kembali ke pembicaraan untuk melucuti program nuklirnya dengan imbalan bantuan ekonomi dan jaminan keamanan.
Dalam pidatonya, Kim Jong-un kembali menolak menghentikan program nuklirnya, tetapi ia berjanji akan “memenuhi kewajibannya mengenai non-proliferasi dan mengupayakan denuklirisasi global.”
Kim Yong-hyun, profesor kajian Korea Utara di Dongguk University di Seoul mengatakan pemimpin Korea Utara telah menjelaskan bahwa ia tidak bersedia berkompromi.
“Korea Utara sedang berusaha mendapat pengakuan penuh sebagai negara nuklir, dan dalam proses ini, Korea Utara juga berupaya mendekati Amerika dan masyarakat internasional mengenai isu nuklir,” jelasnya.
Rencana ekonomi Kim Jong-un hanya mengungkap sedikit rincian tetapi memuji sistem sosialis negara itu dan menjanjikan hasil pertanian, produksi pabrik dan batu bara yang lebih banyak.
Bank Sentral Korea tahun lalu menyatakan ekonomi Korea Utara tumbuh satu persen pada tahun 2014.
Namun banyak aktivitas ekonomi Korea Utara yang berlangsung di pasar-pasar swasta tak resmi yang terus berkembang dalam beberapa tahun ini.
Ekonomi Korea Utara diperkirakan akan terpukul oleh sanksi-sanksi ekonomi baru PBB yang membatasi perdagangan mineral negara itu dan melarang sebagian besar transaksi perbankan.
Kongres partai berkuasa yang memasuki hari ke-empat berlangsung di tengah-tengah spekulasi bahwa Korea Utara akan melakukan uji coba nuklirnya yang kelima dalam waktu dekat. [uh/ab]