Korsel dan AS Bahas Pilihan Pengerahan “Aset Strategis”

Pesawat AS Air Force B-52 (kanan) terbang di atas Pangkalan Udara Osan di Pyeongtaek, Korea Selatan, 10 Januari 2016.

Seorang pejabat Korsel hari Senin (11/1) mengatakan Korsel dan AS sedang membahas “aset strategis" Amerika lainnya yang dapat dikerahkan di semenanjung Korea.

"Amerika dan Korea Selatan terus-menerus membahas tentang pengerahan tambahan aset strategis," kata Kim Min-seok, juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, kepada kantor berita Reuters. Ia menolak untuk menjelaskan secara detail.

Kantor berita Perancis (AFP) dan kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan aset tersebut kemungkinan mencakup kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan, yang kini berpangkalan di Jepang, pesawat pembom B-2, kapal-kapal selam bertenaga nuklir dan pesawat jet tempur F-22.

Penerbangan pesawat pembom B-52 pada hari Minggu itu dilakukan beberapa jam setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membela dugaan uji coba bom hidrogen pada hari Rabu lalu sebagai "hak mutlak sebuah negara berdaulat dan tindakan wajar yang tidak dapat dikecam" ketika berpidato di Kementrian Angkatan Bersenjata Rakyat Korea Utara.

Korea Selatan mendesak masyarakat internasional untuk menjatuhkan sanksi yang keras terhadap Korea Utara atas uji coba nuklir tersebut, yang keempat sejak tahun 2006.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei, dalam menanggapi pertanyaan tentang penerbangan pesawat Amerika pada hari sebelumnya, menghimbau semua pihak untuk menghindari tindakan yang memperuncing situasi.

"Menjaga perdamaian dan stabilitas di Asia timur laut demi kepentingan bersama semua pihak. Kami berharap semua pihak terkait dapat menahan diri, mengambil langkah dengan hati-hati, dan terus menghindari meningkatnya ketegangan," kata Hong Lei dalam pernyataan di pertemuan rutin.

Ketika tiba di pangkalan Osan Air di Korea Selatan, Curtis Scaparrotti, komandan Pasukan Amerika dan Komando PBB di Korea Selatan, menempatkan pasukan Amerika pada tingkat siaga tertinggi hari Senin, guna menanggapi setiap provokasi dari Korea Utara.

Departemen Perlindungan Lingkungan China juga mengumumkan lebih dari 500 orang terlibat dalam pemantauan radiasi di sepanjang perbatasan Korea Utara dan, sejauh ini, tidak ditemukan adanya polusi radioaktif.

Para pejabat mengatakan telah melakukan pemantauan darurat terhadap radiasi selama tiga hari belakangan sebagai tanggapan terhadap kekhawatiran dengan dampak radioaktif dari uji coba nuklir tanggal 6 Januari di Korea Utara.

"Kami telah mengesampingkan adanya emisi skala besar," kata Guo Chengzhan, wakil direktur Biro Nasional Keamanan Nuklir. "Kami masih memantau kemungkinan radiasi dalam skala kecil."

Hari Minggu, pesawat pembom B-52, dengan kemampuan membawa senjata nuklir, terlihat terbang di atas Osan Air Base, yang terletak 72 kilometer di sebelah selatan perbatasan yang memisahkan kedua Korea. Laksamana Harry B. Harris Jr, Komandan Angkatan Laut Amerika di wilayah Pasifik, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan penerbangan itu “memperlihatkan komitmen Amerika terhadap sekutu-sekutunya di Korea Selatan, di Jepang, dan dalam membela tanah air Amerika." [zb/jm]