Bertemu di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam sekitar empat tahun terakhir ini, para diplomat tinggi Korsel, Jepang dan China pada hari Minggu (26/11) sepakat untuk menghidupkan kembali kerja sama di antara negara-negara tetangga di Asia dan melanjutkan pertemuan trilateral para pemimpin mereka. Tetapi para diplomat ini belum menentukan waktu spesifik kapan pertemuan akan dilangsungkan.
Terkait erat secara ekonomi dan budaya satu sama lain, ketiga negara itu secara bersama-sama menyumbang sekitar 25 persen dari produk domestik bruto global. Namun, upaya-upaya untuk meningkatkan kerja sama sering kali menemui hambatan karena berbagai masalah, termasuk perselisihan historis yang berasal dari agresi Jepang di masa perang dan persaingan strategis antara China dan Amerika.
Berbicara pada wartawan setelah pertemuan di Busan itu, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin mengatakan, "Kami, tiga menteri, sepakat untuk memulihkan dan menormalkan kerja sama tiga negara pada tanggal yang lebih awal.” Ia merujuk dua mitranya yaitu Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Park mengatakan ketiga menteri menegaskan kesepakatan sebelumnya oleh para pejabat tingkat rendah untuk memulai kembali KTT "pada waktu yang paling awal yang disepakati bersama," dan setuju untuk mempercepat persiapan pertemuan.
BACA JUGA: Korea Utara Tangguhkan Perjanjian Militer dengan Korea Selatan Usai Luncurkan Satelit Mata-mataKamikawa secara terpisah mengatakan ketiga menteri setuju untuk mempercepat pekerjaan mereka untuk mencapai pertemuan tersebut "pada waktu yang lebih awal dan tepat."
Ketiganya juga sepakat untuk mendorong berbagai proyek kerja sama di berbagai bidang seperti pertukaran antar masyarakat, perdagangan, teknologi, kesehatan masyarakat, pembangunan berkelanjutan dan keamanan, menurut pernyataan Korea Selatan dan Jepang.
Para pengamat mengatakan belum ada kesepakatan mengenai waktu untuk KTT trilateral itu menunjukkan bahwa pertemuan tingkat tinggi kemungkinan tidak akan terjadi tahun ini, sebagaimana yang diharapkan oleh Korea Selatan, yang menjadi ketua KTT berikutnya. Namun
Kamikawa mengatakan pengaktifan kembali diplomasi trilateral "merupakan langkah penting untuk mencapai KTT Jepang-China-Korea Selatan yang akan datang."
Sejak KTT trilateral pertama mereka yang berdiri sendiri pada tahun 2008, para pemimpin ketiga negara seharusnya bertemu setiap tahun. Namun, pertemuan tersebut telah ditangguhkan sejak tahun 2019. Pertemuan pada hari Minggu ini juga merupakan pertemuan pertama sejak tahun 2019.
Korsel dan Jepang, Sekutu Utama Militer AS
Korea Selatan dan Jepang merupakan sekutu utama militer AS, di mana secara keseluruhan ada 80.000 tentara AS di wilayah mereka. Dorongan mereka baru-baru ini untuk meningkatkan kerja sama keamanan trilateral dengan Amerika telah memicu kemarahan China, yang sangat sensitif terhadap setiap langkah yang dianggapnya berusaha untuk menahan kebangkitan dominasinya di Asia.
Namun, beberapa pengamat mengatakan fakta bahwa Presiden China Xi Jinping dan Presiden Joe Biden menyampaikan pernyataan-pernyataan bernada damai dalam pertemuan tatap muka pertama mereka dalam satu tahun pada awal November ini, akan memberikan ruang diplomatik bagi Seoul, Tokyo, dan Beijing untuk bermanuver guna mencari cara untuk menghidupkan kembali kerja sama tiga arah.
BACA JUGA: China dan AS Saling Tuding atas Keberadaan Kapal AS di Laut China SelatanHubungan Bermasalah
Hubungan antara Korea Selatan dan Jepang memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena masalah yang berasal dari penjajahan Jepang pada tahun 1910 hingga 1945 di Semenanjung Korea. Namun, hubungan mereka telah menghangat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir setelah kedua negara melakukan serangkaian langkah besar untuk menepis perselisihan sejarah dan meningkatkan kerja sama dalam menghadapi program nuklir Korea Utara yang semakin maju dan tantangan bersama lainnya.
Namun, sebagai pengingat akan hubungan mereka yang sulit, pengadilan Seoul pada awal pekan ini memerintahkan Jepang untuk memberikan
kompensasi finansial kepada orang-orang Korea yang dipaksa menjadi budak seksual oleh pasukan Jepang selama masa penjajahan. [em/jm]