Korea Selatan menyimpulkan bahwa dukungan Rusia kemungkinan merupakan penyebab keberhasilan Korea Utara menempatkan satelit mata-mata ke orbit untuk pertama kalinya pada pekan ini, kata para pejabat, Kamis (23/11).
Satelit itu belum bisa dipastikan berfungsi dengan baik sebelum awal minggu depan. Namun, peluncuran itu sendiri telah meningkatkan ketegangan regional.
Setelah dua kegagalan peluncuran awal tahun ini, Korea Utara mengatakan pihaknya berhasil menempatkan satelit “Malligyong-1” ke orbit pada Selasa malam. Militer Korea Selatan mengonfirmasi bahwa satelit tersebut telah memasuki orbit, namun mengatakan bahwa pihaknya memerlukan beberapa hari lagi untuk memverifikasi apakah satelit tersebut berfungsi dengan baik.
Dalam pertemuan tertutup, Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengatakan kepada anggota parlemen pada hari Kamis bahwa bantuan Rusia kemungkinan besar menjadi alasan utama keberhasilan peluncuran tersebut, menurut anggota parlemen yang menghadiri pertemuan tersebut.
NIS mengutip pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya tentang janji untuk mendukung program satelit Korea Utara. Badan itu mengatakan bahwa pihaknya juga memperoleh informasi intelijen bahwa Korea Utara telah mengirimkan ke Rusia desain dan data lain untuk roket baru “Chollima-1” yang digunakan dalam dua peluncuran gagal sebelumnya.
Informasi intelijen menunjukkan bahwa Rusia mengembalikan hasil analisisnya terhadap data Korea Utara, menurut anggota parlemen Yoo Sang-bum, yang menghadiri pengarahan NIS.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Wonsik mengatakan pada pertemuan sebuah komisi parlemen terpisah pada hari Kamis bahwa Rusia tampaknya telah memberikan bantuan teknologi untuk program satelit Korea Utara.
Satelit dan roket yang sama digunakan dalam ketiga peluncuran tersebut. Dua upaya sebelumnya pada bulan Mei dan Agustus gagal karena masalah teknis pada roket tersebut.
BACA JUGA: Korea Utara Merilis Foto-foto Peluncuran Satelit Mata-matanyaAda spekulasi bahwa Rusia memberikan dukungan teknologi untuk satelit Korea Utara dan program-program lainnya sejak pemimpin Kim Jong Un melakukan perjalanan ke Rusia untuk bertemu Putin dan mengunjungi situs-situs teknologi dan militer utama pada bulan September. Pertemuan puncak Kim-Putin diadakan di pusat peluncuran antariksa utama Rusia.
Ketika ditanya apakah Rusia akan membantu Korea Utara membangun dan meluncurkan satelit, Putin mengatakan kepada media pemerintah Rusia pada saat itu bahwa “itulah sebabnya kami datang ke sini.”
“Pemimpin (Korea Utara) menunjukkan minat yang besar terhadap teknologi roket. Mereka juga mencoba mengembangkan teknologi antariksa,” kata Putin.
AS, Korea Selatan, dan Jepang menuduh Korea Utara memperoleh teknologi militer berteknologi tinggi dari Rusia sebagai imbalan atas pasokan senjata konvensionalnya untuk perang Rusia di Ukraina. Baik Rusia dan Korea Utara membantah dugaan kesepakatan tersebut. [ab/uh]