Korsel Rencanakan Dana Kompensasi Korban Kerja Paksa Jepang

  • Associated Press

Lee Chun-sik dari Korea Selatan, tengah, korban kerja paksa berusia 94 tahun selama pemerintahan kolonial Jepang di Semenanjung Korea sebelum akhir Perang Dunia II, duduk di kursi roda setibanya di luar Mahkamah Agung di Seoul, Selatan Korea, Selasa, 30 Oktober 2018. (Foto: AP)

Para pejabat Korea Selatan sedang mempertimbangkan untuk menyediakan dana domestik untuk memberi kompensasi kepada orang-orang Korea yang diperbudak oleh perusahaan Jepang sebelum akhir Perang Dunia II. Mereka berusaha mati-matian memperbaiki hubungan dengan Tokyo yang telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena keluhan sejarah.

Rencana tersebut, yang terungkap dalam audiensi publik yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada hari Kamis (12/1), mendapat kecaman keras dari para korban dan perwakilan hukum mereka, yang menuntut agar dana kompensasi datang dari Jepang.

Hubungan antara Seoul dan Tokyo telah tegang sejak Mahkamah Agung Korea Selatan pada tahun 2018 menguatkan putusan pengadilan yang lebih rendah dan memerintahkan Nippon Steel dan Mitsubishi Heavy Industries untuk memberi kompensasi kepada para pekerja paksa Korea.

Seorang pengunjuk rasa duduk di sebelah patung yang melambangkan perbudakan seks di masa perang di dekat Kedutaan Besar Jepang di Seoul, Korea Selatan, Jumat, 8 Januari 2021 (Foto: AP)

Perusahaan-perusahaan telah menolak untuk melaksanakan perintah itu dan para penggugat menanggapinya dengan mengambil langkah hukum yang bertujuan memaksa perusahaan-perusahaan itu agar menjual aset lokal mereka untuk memberikan kompensasi, sebuah proses yang dikhawatirkan pejabat Korea Selatan akan menyebabkan perpecahan lebih lanjut antara Seoul dan Tokyo.

Para korban juga menuntut perusahaan Jepang mengeluarkan permintaan maaf atas penderitaan mereka.

Hubungan antara dua negara sekutu AS di Asia ini telah lama diperumit oleh keluhan-keluhan terkait dengan pemerintahan brutal Jepang di Semenanjung Korea dari tahun 1910 hingga 1945, ketika ratusan ribu orang Korea dimobilisasi sebagai pekerja paksa untuk perusahaan-perusahaan Jepang atau budak seks di rumah-rumah bordil masa perang Tokyo.

BACA JUGA: Pengadilan Seoul Perintahkan Jepang Beri Ganti Rugi bagi 12 Budak Seks

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, seorang konservatif yang mulai menjabat pada bulan Mei lalu, sangat ingin meningkatkan hubungan dengan Jepang saat mereka menjalin kerja sama keamanan trilateral yang lebih kuat dengan Washington dalam menghadapi meningkatnya ancaman nuklir Korea Utara.

Saat audiensi publik hari Kamis di Majelis Nasional, pejabat Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Seo Min-jung mengatakan prioritas pemerintahnya adalah untuk mengatur pembayaran secepat mungkin mengingat bahwa banyak korban kerja paksa sudah meninggal dan sebagian besar yang selamat kini berusia 90-an.

Ia mengatakan “mustahil'' untuk membuat perusahaan-perusahaan Jepang meminta maaf atas nama masalah kerja paksa yang telah memicu rasa frustrasi antara kedua negara selama beberapa dekade. [ab/uh]