Korea Utara pada Kamis (31/8) mengatakan peluncuran rudal terakhirnya mensimulasi serangan nuklir “bumi hangus” terhadap Korea Selatan dan bahwa negara tersebut juga sedang berlatih melakukan pendudukan wilayah saingannya jika terjadi konflik.
Pyongyang sebelumnya telah menguji rudal berkemampuan nuklir dan menjelaskan bagaimana itu akan digunakan jika terjadi perang dengan Korea Selatan dan AS. Namun, pengungkapan rincian rencana perang oleh Korea Utara menegaskan kembali doktrin nuklirnya untuk mengintimidasi lawan-lawannya, sementara negara itu meningkatkan protesnya terhadap latihan militer Korea Selatan-AS yang sedang berlangsung, yang dianggapnya sebagai ancaman keamanan besar, kata para pengamat.
Militer Korea Utara mengatakan telah menembakkan dua rudal balistik taktis dari ibu kota pada Rabu (30/8) malam untuk mempraktikkan “serangan bumi hangus” terhadap pusat-pusat komando penting dan lapangan-lapangan udara operasional di Korea Selatan, menurut kantor berita resmi KCNA.
Militer Korea Utara mengatakan rudal-rudal itu melancarkan serangan simulasinya melalui semburan udara, menunjukkan bahwa pihaknya mengukuhkan ledakan hulu ledak tiruan pada ketinggian tertentu.
Korea Utara mengatakan uji coba rudalnya merupakan tanggapan terhadap penerbangan bomber jarak jauh B-1B oleh AS untuk pelatihan udara bersama dengan Korea Selatan pada Rabu pagi sebagai bagian dari latihan lapangan kedua sekutu itu.
“Latihan udara merupakan ancaman serius bagi Korea Utara karena ini dilakukan berdasarkan skenario serangan nuklir pendahuluan terhadap” Korea Utara, kata staf umum Tentara Rakyat Korea (KPA). “KPA tidak akan pernah mengabaikan tindakan gegabah pasukan AS dan bandit-bandit militer (Korea Selatan).”
BACA JUGA: Kim Jong Un Serukan Peningkatan Kekuatan Angkatan Laut Korea UtaraPeluncuran rudal pada hari Rabu (30/8) merupakan yang terbaru dari serangkaian uji senjata Korea Utara sejak tahun lalu.
Menurut penilaian Korea Selatan dan Jepang, dua rudal jarak pendek itu menempuh jarak 360-400 kilometer pada ketinggian maksimum 50 kilometer sebelum mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Gabungan Kepala Staf Korea Utara menyebut peluncuran itu sebagai “provokasi serius” yang mengancam perdamaian internasional dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang peluncuran balistik apa pun oleh Korea Utara. Komando Indo-Pasifik AS mengatakan komitmen AS untuk pertahanan Korea Selatan dan Jepang tetap kuat. [uh/ab]