Korea Utara menembakkan setidaknya tujuh rudal balistik jarak pendek ke perairan di lepas pantai timurnya pada Selasa (5/11), menurut menteri pertahanan Jepang. Peluncuran ini terjadi tak lama setelah Pyongyang mengecam latihan militer yang dilakukan Korea Selatan dan beberapa sekutunya, hanya beberapa jam sebelum pemilu Amerika Serikat.
Adik dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengkritik latihan militer yang melibatkan Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, menurut laporan yang diterbitkan oleh media pemerintah KCNA.
Setidaknya tujuh rudal berhasil mencapai ketinggian 100 km dan menempuh jarak 400 km sebelum jatuh di luar Zona Ekonomi Eksklusif Jepang, menuju laut, menurut Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani.
Rudal-rudal tersebut diluncurkan pada Selasa sekitar pukul 07.30 pagi waktu setempat dari daerah sekitar Sariwon, Provinsi Hwanghae Utara, menurut pernyataan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Militer Amerika Serikat menyatakan bahwa pihaknya melakukan konsultasi erat dengan Korea Selatan, Jepang, dan sekutu regional lainnya setelah peluncuran tersebut, serta terus memantau perkembangan situasi.
Peluncuran ini terjadi setelah uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat baru, Hwasong-19, oleh Korea Utara minggu lalu, dan berlangsung beberapa jam sebelum pemungutan suara dalam pemilihan presiden Amerika Serikat dimulai.
"Jika ICBM ditujukan untuk Amerika Serikat, maka rudal balistik terbaru ini diarahkan ke Korea Selatan," ujar Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul.
BACA JUGA: Korut Luncurkan Rudal Balistik Terkuat, Amerika Serikat dan Seoul Kecam Langkah Militer Rusia"Secara langsung, [peluncuran] ini sebagai protes terhadap latihan udara gabungan antara Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang. Secara tidak langsung, ini untuk menunjukkan eksistensi mereka pada saat-saat terakhir sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat," ujar Yang. Dia juga menambahkan bahwa langkah tersebut bertujuan mengalihkan perhatian internasional dari kritik terkait pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia.
KCNA melaporkan pada Selasa bahwa Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Kim Jong Un, mengecam latihan bersama itu dan menyebutnya sebagai sebuah ancaman. Dia menegaskan bahwa kegiatan tersebut justru membenarkan perlunya penguatan kemampuan nuklir Pyongyang.
Peluncuran rudal itu juga terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin secara mendadak bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui pada Senin.
Dalam pertemuan mendadak di Kremlin antara Putin dan Choe, keduanya berjabat tangan selama satu menit di tengah meningkatnya kekhawatiran di Barat bahwa tentara Korea Utara terlibat dalam perang Ukraina mendukung Moskow.
Amerika Serikat pada Senin juga memanggil Rusia dan China di Dewan Keamanan PBB karena "melindungi tanpa malu-malu" dan mendorong Korea Utara untuk semakin melanggar sanksi PBB dengan mengembangkan program rudal balistik, nuklir, dan senjata pemusnah massal.
Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong-hyun, mencatat bahwa Korea Utara "berusaha untuk meningkatkan eksistensinya menjelang dan setelah pemilihan presiden Amerika Serikat" dengan menunjukkan kekuatan melalui peluncuran rudal antarbenua atau uji coba nuklir lainnya. [ah/rs]