Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memperingatkan tentang tanggapan baru terhadap Korea Selatan jika Seoul terus melakukan siaran dengan pengeras suara dan menyebarkan selebaran di tengah-tengah ketegangan yang meningkat.
“Jika Korea Selatan secara simultan menyebarkan selebaran dan menyiarkan provokasi dengan pengeras suara melintasi perbatasan, mereka pasti akan menghadapi tindakan balasan dari Korea Utara,” kata Kim Yo Jong yang memiliki pengaruh besar, dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam yang dimuat kantor berita pemerintah KCNA.
Korea Selatan memulai kembali siaran dengan pengeras suara yang ditujukan ke Korea Utara pada hari Minggu, kata militernya, sebagai tindak lanjut dari peringatan bahwa mereka akan melakukan hal itu jika Pyongyang terus mengirimkan balon-balon pembawa sampah ke Selatan.
Korea Utara pada hari Sabtu meluncurkan sekitar 330 balon pembawa sampah, sekitar 80 di antaranya mendarat di Selatan, kata militer Korea Selatan. Pada hari Senin, Korea Selatan mengatakan 310 balon lagi telah diluncurkan, sekitar 50 di antaranya mendarat di Selatan.
“Ini adalah awal dari situasi yang sangat berbahaya,” kata Kim, wakil direktur departemen di Partai Pekerja yang berkuasa, mengacu pada siaran melalui pengeras suara oleh Korea Selatan.
BACA JUGA: Korea Utara Kembali Kirimkan Balon-balon Berisi Sampah ke Korea SelatanPyongyang mulai mengirimkan balon-balon pembawa sampah dan pupuk, termasuk kemungkinan pupuk kandang, melintasi perbatasan pada bulan Mei, menyebutnya sebagai pembalasan atas selebaran anti-Korea Utara yang diterbangkan oleh para aktivis Korea Selatan sebagai bagian dari kampanye propaganda mereka.
“Seoul tidak menginginkan ketegangan militer di perbatasan antar-Korea, dan Pyongyang tidak ingin informasi dari luar mengancam legitimasi rezim Kim,” kata Leif-Eric Easley, profesor di Ewha University di Seoul.
Komando PBB (UNC) pimpinan AS, yang mengawasi gencatan senjata yang menetapkan Zona Demiliterisasi (DMZ) antara kedua Korea sewaktu pertempuran berakhir pada Perang Korea 1950-1053, menyatakan mereka sedang melakukan penyelidikan tentang balon-balon itu, termasuk laporan mengenai kemungkinan tinja dan produk-produk limbah lainnya.
“Kami berharap semua orang mau berunding untuk menyelesaikan masalah mereka,” kata Kolonel Angkatan Darat AS Isaac Taylor, juru bicara UNC.
Korea Selatan menghentikan siaran dengan pengeras suara berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pemimpin kedua Korea pada 2018. Namun, ketegangan meningkat setelah itu sewaktu Pyongyang melanjutkan pengembangan senjatanya.
Siaran Korea Selatan mencakup berita dunia dan informasi mengenai masyarakat demokratis dan kapitalis, dengan beragam musik populer K-pop. Suara siaran tersebut diyakini mencapai lebih dari 20 kilometer ke dalam wilayah Korea Utara.
Pasukan Korea Utara terlihat menebangi pohon-pohon dan membangun pagar di dalam wilayah DMZ dalam beberapa pekan ini.
Taylor mengatakan UNC tidak menilai tujuan upaya tersebut adalah untuk memungkinkan terjadinya peningkatan kekuatan militer yang “nyata” di zona perbatasan, yang akan merupakan pelanggaran terhadap gencatan senjata.
Ia mengatakan, karena deklarasi Korea Utara baru-baru ini menyatakan unifikasi dengan Korea Selatan tidak lagi menjadi tujuannya, Korea Utara telah melakukan berbagai upaya untuk “memperkuat” perbatasannya. [uh/ab]