Ketegangan Meningkat, Korut Putuskan Komunikasi Militer dengan Korsel

  • Steve Herman

Korea Selatan melakukan latihan militer di Pocheon, Korea Selatan, dekat perbatasan Korut untuk mengantisipasi kemungkinan serangan oleh Korea Utara (foto: 27/3).

Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengukuhkan Korea Utara tidak lagi menjawab telepon hotline militer di kompleks industri Kaesong, di utara Zona Demiliterisasi.
Korea Utara mengatakan peningkatan ketegangan di semenanjung itu di tengah-tengah latihan militer Amerika-Korea Selatan merupakan alasan kuat diputuskannya hubungan hotline itu.

Seorang penyiar stasiun pusat televisi Korea Utara hari Rabu siang mengatakan “dalam situasi di mana perang bisa pecah setiap waktu, tidak perlu mempertahankan komunikasi militer utara-selatan”.

Perkembangan ini terjadi dua minggu setelah Korea Utara juga menghentikan hubungan komunikasi langsung Palang Merah ke Korea Selatan.

Hotline penerbangan kini menjadi satu-satunya jalur komunikasi langsung antara kedua Korea yang tidak punya hubungan diplomatik itu.

Kementrian Perhubungan Korea Selatan mengukuhkan kepada VOA, hotline penerbangan itu masih berfungsi.

Hotline militer Kaesong dan hotline penerbangan antara bandara di Incheon dan Pyongyang sebelumnya diputus tahun 2010.

Media pemerintah Korea Utara mengatakan militernya yang “dilengkapi dengan senjata nuklir yang canggih dan tepat sasaran” berada dalam siaga tinggi dan menunggu perintah komandan tertinggi Kim Jong Un untuk memulai perang.

Dalam siaran radio pemerintah dari Pyongyang seorang penyiar mengutip Komite Penyatuan Kembali Korea secara Damai, mengecam Presiden Korea Selatan Park Geun-hye karena menyebut kelaparan di Korea Utara dan pengucilan negara itu, dan mengatakan Park sebaiknya hati-hati dengan ucapannya dan tidak mengumbar provokasi lebih jauh yang tidak bisa dimaafkan.

Amerika punya lebih dari 28.000 personil angkatan bersenjata di Korea Selatan. Seorang jendral Amerika juga memimpin komando PBB yang berperang dengan pasukan Korea Utara dan Cina dalam perang Korea dan tetap berada di sana untuk membela Korea Selatan.