Kosmonaut Rusia Aleksey Ovchinin mengatakan kekuatan yang dirasakannya selama pendaratan darurat Soyuz pekan lalu seperti tekanan balok beton di dadanya.
Ovchinin dan astronot AS, Nick Hague, Selasa (16/10), secara terpisah menceritakan pengalaman menakutkan, ketika kecelakaan yang tidak diketahui menyebabkan pesawat antariksa mereka, Soyuz, milik Rusia membatalkan misinya 60 kilometer di atas Kazakhstan.
Pesawat itu sedang dalam perjalanan ke Stasiun Antariksa Internasional ketika lampu darurat menyala di kabin hanya beberapa menit setelah penerbangan.
"Tidak ada waktu untuk panik karena kami harus bekerja," kata Ovchinin kepada televisi Rusia. "Kami harus melalui langkah-langkah yang harus diambil dan mempersiapkan pendaratan darurat ... sehingga kru masih berfungsi setelah mendarat."
Ovchinin ingat mereka terguncang dengan keras dari kedua sisi, ketika mereka dilontarkan dari roket itu. Guncangan keras itu diikuti kekuatan tujuh kali lebih besar dari gravitasi ketika kabin itu jatuh melalui atmosfer, lalu diikuti sentakan parasut yang terbuka.
Di tempat asalnya di Houston, Hague mengatakan kepada Associated Press, "Kami tahu jika ingin sukses, kami harus tetap tenang melaksanakan prosedur di hadapan kami dengan lancar dan seefisien mungkin."
Haag mengatakan ia dan Ovchinin dalam posisi terbalik ketika kabin mendarat kembali di Bumi. Mereka berjabat tangan dan bercanda.
Tidak ada yang mengalami cedera dan penyelidikan sedang dilakukan untuk mencari tahu penyebab roket itu gagal.
Hague mengaku kecewa harus kembali ke Bumi, bukannya menjelajah di antariksa. Namun dia mengatakan siap untuk terbang lagi segera setelah mendapat perintah NASA.
Ini adalah peluncuran Soyuz pertama yang dibatalkan selama lebih dari 30 tahun.
Pesawat antariksa Rusia menjadi satu-satunya cara untuk mengirim awak pengganti ke Stasiun Antariksa Internasional sejak NASA memensiunkan armada pesawat ulang alik pada 2011.
Dua perusahaan swasta AS - Boeing dan SpaceX - sedang menggarap pesawat ulang-alik generasi baru.[my]