Elijah Wood adalah mantan tunawisma yang kini bekerja untuk dinas layanan tunawisma yang berbasis di Seattle, negara bagian Washington. Setiap kali dia mencari bantuan, dia harus menceritakan kisah hidupnya karena penyedia layanan tidak tahu siapa dia atau apa yang dia butuhkan.
Melalui Zoom kepada VOA, dia mengungkapkan,“Lumayan traumatis harus menceritakan kisah kehidupan kita berulang-ulang kali.”
Elijah Wood kini tidak perlu lagi menyampaikan kisah hidupnya. Pihak berwenang di county (setingkat kabupaten) Regional King, yang mengurusi tunawisma, telah menggandeng Microsoft dan perusahaan teknologi lainnya untuk bekerja sama membuat apa yang disebut "daftar nama."
Itu adalah database individu dan informasi mereka dan merupakan metode baru yang diadopsi kota-kota lain. Tujuannya, mengangkat masalah yang sering tidak diakui. Dengan menggunakan dan menganalisis data, kata para pendukung database, kota-kota bisa mengatasi masalah terkait tunawisma dengan lebih baik.
Joe Conniff dari Otoritas Tunawisma Regional King County, berbicara dengan VOA melalui Zoom. “Semua informasi yang dimiliki seseorang, yang berhubungan dengan penyedia tersebut, dapat diakses secara langsung untuk mendapatkan lebih banyak rangkaian perawatan yang mengarah pada hasil yang lebih efektif,” jelasnya.
Berdasar sistem tersebut, kalau seseorang membutuhkan layanan, misalnya di tempat penampungan tunawisma, maka nama, tanggal lahir, serta informasi medis, kesehatan, dan informasi pribadi lainnya, akan ada bersama mereka.
“Jika seseorang yang mengalami tunawisma memutuskan untuk mengizinkan rekam medisnya dilampirkan pada nama mereka di daftar nama itu, maka mereka bisa mengizinkan dokter, misalnya, untuk melihat rekam medis tersebut,” kata Elijah Wood dari Otoritas Tunawisma Regional King County.
Tujuan proyek ini adalah memberi kota-kota dan organisasi-organisasi wawasan tentang populasi tunawisma. Dennis Culhane adalah profesor di University of Pennsylvania. Kepada VOA melalui Zoom, dia mengatakan, “Penting untuk melihat tren-tren ini dari waktu ke waktu karena populasi berubah, keadaan dan lingkungan berubah.”
Meskipun dilengkapi data dan wawasan, sebagian komunitas tidak memiliki uang yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tunawisma, kata Culhane. Ia menambahkan,“Masalah mendasarnya adalah kita tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk orang-orang yang ada dalam daftar nama atau daftar lainnya.”
Dalam beberapa bulan ke depan, orang-orang yang mengerjakan daftar nama di kaunti tersebut mengatakan bahwa mereka akan berusaha membangun kepercayaan para tunawisma sambil mengumpulkan informasi. [ka/jm]