Leicester Ingin Berlakukan Pembatasan Baru, Warga Protes

  • Associated Press

Sebuah tanda yang mengingatkan warga untuk tetap menjaga jarak terpasang di jalanan Kota Leicester di Inggris pada 27 Mei 2021. Inggris mengeluarkan wacana untuk memberlakukan kembali pembatasan pergerakan karena jumlah kasus COVID yang melonjak. (Foto: Reuters/Andrew Boyers)

Warga kota Leicester menunjukkan reaksi beragam dengan gagasan pemberlakuan kembali pembatasan terkait virus corona di Inggris setelah kembali melonjaknya kasus COVID-19 menjadi 100.000 kasus baru per hari.

Melihat kembali melonjaknya perebakan virus corona dan meningkatnya kekhawatiran para pakar kesehatan, pemerintah Inggris pada Rabu (20/10) menyerukan kepada jutaan warga untuk mendapat suntikan penguat atau booster vaccine, sekaligus menyampaikan rencana untuk memberlakukan kembali pembatasan terkait virus corona, seperti keharusan mengenakan masker.

BACA JUGA: Mengapa Kasus Varian Delta COVID-19 Menurun di India, Indonesia, dan Inggris?

Menteri Kesehatan Sajid Javid mengatakan pemerintah akan “tetap waspada, mempersiapkan segala kemungkinan” tetapi tidak akan menerapkan “rencana B” untuk kembali memberlakukan pembatasan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Inggris sangat bergantung pada vaksin untuk mencegah meluasnya perebakan COVID-19 pada bulan-bulan musim gugur dan musim dingin.

Hampir 80 persen warga berusia 12 tahun ke atas di Inggris telah divaksinasi penuh dengan dua dosis vaksin, dan jutaan lainnya sedang ditawari untuk mendapatkan dosis penguat, termasuk setiap orang yang berusia di atas 50 tahun.

Para warga yang memprotes wacana pemberlakuan pembatasan sosial itu mengatakan kampanye suntikan penguat atau booster bergerak lebih lambat dibanding perebakan virus mematikan itu.

Beberapa orang tampak berbelanja di Pasar Leicester dengan menggunakan masker di tengah merebaknya penyebaran virus corona di Inggris pada 27 Mei 2021. (Foto: Reuters/Andrew Boyers)

Pada Rabu (20/10), Inggris mencatat penambahan 49.139 kasus baru. Angka tersebut sejauh ini merupakan yang tertinggi di Eropa. Rata-rata kasus harian di negara Ratu Elizabeth itu kini mencapai lebih dari 45.000 atau naik sebesar 17 persen dibanding minggu sebelumnya.

Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit dan meninggal juga kembali meningkat, meskipun masih jauh lebih rendah dibanding sebelum vaksinasi.

Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson yang konservatif mencabut pembatasan sosial terkait virus corona Juli lalu, termasuk keharusan mengenakan masker dan menjaga jarak. Klub-klub malam dan lokasi acara yang padat lainya diijinkan tetap buka dengan kapasitas penuh, dan orang-orang tidak lagi disarankan untuk bekerja di rumah.

Perebakan COVID-19 kembai meningkat setelah seluruh aktivitas, termasuk kegiatan ekonomi, dimulai kembali; terutama di kalangan anak-anak yang sebagian besar masih belum dapat divaksinasi. [em/jm]