JPMorgan Chase melaporkan laba bersih kuartal kedua yang lebih tinggi pada Jumat (12/7), berkat hasil yang lebih baik dalam investasi perbankan dan keuntungan pada saham Visa, meskipun pendapatan tersebut terhambat oleh tingginya biaya kredit macet.
Laba bersih bank besar Amerika Serikat (AS) ini mencapai $18,1 miliar, naik 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan tersebut didorong oleh keuntungan sebesar $7,9 miliar dari transaksi pertukaran saham dengan Visa.
Pendapatan naik 22 persen menjadi $50,2 miliar.
JP Morgan Chase, yang merupakan bank AS terbesar berdasarkan aset tersebut, menunjukkan adanya peningkatan dari biaya perbankan investasi dan biaya manajemen aset yang lebih tinggi, serta peningkatan dari pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang lebih besar. NII dihitung berdasarkan bunga atas pinjaman JPMorgan dikurangi bunga yang dibayarkan kepada deposan.
Alokasi dana untuk membiayai kerugian kredit naik lima persen menjadi $3,1 miliar. JPMorgan menyebutkan kartu kredit sebagai pendorong kenaikan pembebanan biaya pada kuartal terakhir dan cadangan atas potensi kerugian di masa depan.
Bank Dunia mencatat bahwa neraca konsumen terdorong oleh program pembayaran pemerintah selama pandemi COVID-19 yang sebagian besar telah berakhir. JPMorgan menggambarkan meningkatnya tunggakan ini sebagai "normalisasi kredit".
Kepala Eksekutif Jamie Dimon mengatakan bank tersebut telah menjalankan kinerja yang baik pada kuartal tersebut, tetapi menegaskan kembali kekhawatirannya terhadap prospeknya.
“Meskipun valuasi pasar dan selisih kredit tampaknya mencerminkan prospek ekonomi yang tidak terlalu buruk, kami terus mewaspadai potensi risiko-risiko yang mungkin terjadi,” kata Dimon, yang menyatakan kembali kekhawatiran mengenai ketegangan geopolitik dan risiko bahwa inflasi dan suku bunga akan tetap tinggi.
Saham turun 1,2 persen dalam perdagangan sebelum perdagangan bursa mulai dibuka. [es/ft]