Jenazah peraih Nobel Perdamaian Uskup Agung Desmond Tutu direduksi menjadi debu dengan aquamation, metode kremasi baru menggunakan air, yang oleh rumah pemakaman disebut-sebut ramah lingkungan.
Seperti halnya metode pengomposan manusia, teknik pengomposan jenazah dengan lapisan bahan organik seperti daun atau serpihan kayu, aquamation masih diperbolehkan hanya di negara-negara tertentu.
Di Afrika Selatan, tempat di mana Tutu meninggal baru-baru ini, tidak ada undang-undang yang mengatur praktik tersebut.
Aquamation, atau "hidrolisis alkali", mencakup kremasi dengan sarana air ketimbang dengan api.
Tubuh almarhum direndam selama tiga sampai empat jam dalam campuran air dan alkali kuat seperti kalium hidroksida dalam silinder logam bertekanan dan dipanaskan hingga sekitar 150 derajat Celcius.
Proses tersebut mencairkan semua unsur kecuali tulang, yang kemudian dikeringkan dalam oven dan direduksi menjadi debu putih, ditempatkan di dalam guci dan diserahkan kepada kerabat.
Metode ini, pertama kali dikembangkan pada awal 1990-an sebagai cara untuk membuang hewan mati yang digunakan dalam eksperimen, metode ini kemudian digunakan untuk membuang sapi selama epidemi penyakit sapi gila, kata peneliti Philip R. Olson yang berbasis di AS.
Pada tahun 2000-an sekolah kedokteran AS menggunakan aquamation untuk membuang mayat manusia yang disumbangkan, sebelum praktik tersebut masuk ke industri pemakaman, tulisnya dalam makalah tahun 2014.
Tutu, yang meninggal pada Boxing Day, 26 Desember, dalam usia 90 tahun, dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana.
Michael Buttal, pensiunan Uskup Natal mengenang Tutu sebagai sosok yang humoris, "Sahabatnya, Nelson Mandela, menggambarkannya dengan sempurna di mana ia 'kadang-kadang keras, sering lembut, tidak pernah takut, tidak jarang disertai humor'. Suara Desmond Tutu akan selalu menjadi perwakilan orang-orang yang kerap diabaikan."
BACA JUGA: Warga Afrika Selatan Sampaikan Perpisahan pada TutuMpho Tutu, putri Desmond Tutu pada acara pemakaman menyampaikan terima kasih atas perhatian dunia pada ayahnya. “Saya di sini menyampaikan terima kasih keluarga kami atas berbagai cara penyampaian betapa kalian mencintai ayah saya."
Desmond Tutu meninggalkan instruksi bahwa upacara pemakamannya harus sederhana dan tanpa embel-embel.
Pahlawan anti-apartheid, yang pemakamannya sudah diselenggarakan baru-baru ini, secara khusus meminta peti mati yang murah dan kremasi yang ramah lingkungan.
Dengan semakin langka dan mahalnya ruang pemakaman di daerah perkotaan di seluruh dunia, aquamation memiliki daya tarik yang jelas. [my/ka]