Krisis Tenaga Kerja Dorong Perusahaan Sawit, Semikonduktor Malaysia Tolak Pesanan

Pekerja mengatur buah kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit di Slim River, Malaysia 12 Agustus 2021. (Foto: Reuters)

Sejumlah perusahaan Malaysia, dari yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit hingga produsen semikonduktor, kewalahan menerima pesanan sehingga terpaksa menolaknya. Hal itu terjadi karena Negeri Jiran tersebut mengalami krisis tenaga kerja yang mencapai lebih dari satu juta orang.

Meskipun kebijakan penghentian perekrutan pekerja asing karena COVID-19 telah dicabut pada bulan Februari, tetapi jumlah pekerja migran yang kembali belum signifikan. Kelompok industri, perusahaan, dan diplomat mengatakan hal itu disebabkan karena lambatnya persetujuan pemerintah dan negosiasi yang berlarut-larut dengan Indonesia dan Bangladesh mengenai perlindungan pekerja, kata pihak industri, perusahaan dan para diplomat.

Seorang pekerja memeriksa cip semikonduktor di pabrik pengemasan cip Unisem (M) Berhad di Ipoh, Malaysia, 15 Oktober 2021. (Foto: REUTERS/Lim Huey Teng)

"Situasinya mengerikan dan sangat mirip seperti harus memainkan permainan sepak bola melawan 11 orang tetapi hanya diizinkan memainkan tujuh orang," katanya.

BACA JUGA: Indonesia, Malaysia Teken Perjanjian Perlindungan Pekerja Migran 

Bendera nasional Malaysia dipajang di luar FGV Holdings Berhad, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar Malaysia, di Kuala Lumpur, Kamis, 1 Oktober 2020. (Foto: AP)

Pada April, Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia M. Saravanan mengatakan perusahaan telah meminta untuk mempekerjakan 475.000 pekerja migran tetapi kementerian hanya menyetujui 2.065, menolak beberapa karena informasi yang tidak lengkap atau kurangnya kepatuhan terhadap peraturan.

BACA JUGA: Pekerja Anak dan Perempuan: PR Besar Industri Sawit Indonesia