KTT APEC Berakhir, Sepakat Dukung 'Teknologi Hijau' dan Atasi Krisis Eropa

Para pemimpin 21 negara APEC berpose di sela acara KTT APEC di Vladivostok, Rusia (9/9).

Ke-21 negara anggota Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) hari Minggu mengakhiri KTT dua hari di kota pelabuhan Vladivostok, Rusia.
Kelompok kerjasama ekonomi dan perdagangan APEC yang beranggotakan 21 negara telah setuju untuk memangkas bea masuk "teknologi ramah lingkungan". APEC juga sepakat untuk mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pertumbuhan dan liberalisasi perdagangan guna mengatasi masalah-masalah akibat krisis utang Eropa.

Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton menghadiri KTT itu di mana ia dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menandatangani perjanjian untuk meningkatkan kerjasama ilmiah Amerika dan Rusia di Antartika.

Hari Minggu, Clinton mendesak Jepang dan Korea Selatan agar "menurunkan suhu" dalam perselisihan kedua negara mengenai sekumpulan pulau yang membuat kedua sekutu Amerika itu berselisih.

Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan KTT itu untuk menunjukkan ambisi Rusia meningkatkan infrastruktur transportasi ke Eropa dan Asia, guna meningkatkan ekspor ke Asia timur karena permintaan di Eropa berkurang.

Sebelumnya, para pemimpin negara-negara di kawasan Pasifik berjanji akan menangkis kerugian krisis Eropa, dengan mendukung perdagangan terbuka, mereformasi ekonomi mereka dan memperkuat keuangan publik.

Forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), dengan 21 negara anggota, hari Minggu mengakhiri KTT tahunan di kota pelabuhan Rusia timur jauh, bersumpah untuk bekerja sama mendukung pertumbuhan dan memulihkan kepercayaan di pasar keuangan yang goyah.

Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan pertemuan itu sebagai konstruktif.

Para pemimpin APEC mengeluarkan pernyataan, menyambut janji para pemimpin Eropa untuk membantu menstabilkan kawasan Euro yang dilanda krisis dan memperingatkan "gejolak berlebihan" dan distorsi dalam pasar keuangan. Para pemimpin APEC menyatakan akan berusaha mengurangi defisit dan ketidakseimbangan dalam keuangan negara mereka sendiri.