KTT G20 Dikhawatirkan Tak Akan Hasilkan Komunike Bersama

  • Fathiyah Wardah

Seorang polisi berjalan melewati tanda G20 di Nusa Dua, Bali, 7 Juli 2022. Ketegangan di antara para anggota G20 menimbulkan kekhwatiran bahwa pelaksanaa KTT kali ini tidak akan menghasilkan komunike bersama. (AP/Dita Alangkara)

Adanya ketegangan di antara anggota-anggota G20 menimbulkan kekhwatiran bahwa KTT G20 tidak akan menghasilkan komunike bersama. Namun apa urgensi menyepakati sebuah komunike?

Perang Rusia di Ukraina berdampak besar terhadap kondisi ekonomi dan politik dunia, termasuk hubungan di antara negara-negara anggota G20, kelompok negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia. Hal ini memicu kekhawatiran tidak tercapainya komunike bersama dalam forum bergengsi di Bali pada 15-16 November nanti.

Hal ini disampaikan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, Selasa lalu (1/11). Menurutnya yang menjadi risiko terbesar KTT G20 bukan soal siapa pemimpin dunia yang hadir atau tidak hadir, tetapi justru potensi gagalnya menghasilkan komunike bersama.

Dr. Dino Patti Djalal (Courtesy : FPCI)

"Kenyataannya, dalam berbagai pertemuan kelompok kerja G20, tidak ada satu pun yang berhasil menelurkan suatu komunike. Apakah itu pertemuan kelompok kerja di bidang energi, ekonomi digital, kesehatan, perdagangan, keuangan, industri, pariwisata, dan lain sebagainya, tidak ada satu pun pertemuan di tingkat menteri tersebut yang tahun ini telah berhasil menelurkan suatu komunike bersama," kata Dino.

Menurut mantan wakil menteri luar negeri itu yang menyulitkan mencapai komunike nantinya adalah desakan dari negara-negara Barat untuk merumuskan satu kalimat mengenai invasi Rusia ke Ukraina, sementara di lain pihak, Rusia menolak adanya rujukan apapun tentang perang di Ukraina. Ini berpotensi membuat kelompok kerja G20 tidak bisa mencapai kompromi sehingga komunike pun tak disepakati.

Dino menilai suasana batin menjelang KTT G20 jauh lebih parah dari sebelumnya, dan ia memperkirakan tidak akan tampak suasana kekeluargaan dan kerjasama yang biasanya ada dalam KTT G20 sebelumnya. Dino memproyeksikan tidak aka nada pemimpin negara Barat yang bersedia bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin atau berfoto bersama dengannya; yang menjadi tradisi pertempuan tingkat tinggi.

Apa Urgensi Komunike Bersama?

Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana. (Foto: Dokumen pribadi)

Dihubungi secara terpisah, pakar hukum internasional yang juga Rektor Universitas Achmad Yani Profesor Hikmahanto Juwana menilai komunike bersama dalam KTT G20 tidak terlalu penting.

"Karena yang penting itu adalah tiga hal. Pertama, kepala pemerintahan/kepala negara hadir. Kedua, bagaimana pemerintah bisa memfasilitasi mereka-mereka yang berkaitan dengan Ukraina langsung bisa bertemu. Ketiga, yang kita harapkan bukan koomunike bersama tapi pernyataan bersama dari para pemimpin ini bahwa mereka berkmitmen untuk mengehntikan perang di Ukraina karena akan mengakibatkan ancaman kelaparan dan sebagainya," ujar Hikmahanto.

Hikmahanto menegaskan perang Ukraina sudah sampai pada titik di mana berpotensi meletusnya Perang Dunia Ketiga. Untuk itu harus ada pernyataan bersama para pemimpin G20 untuk menghentikan perang di Ukraina.

Your browser doesn’t support HTML5

KTT G20 Dikhawatirkan Tak Akan Hasilkan Komunike Bersama

Ditambahkannya, KTT G20 di Bali sangat penting dan pemerintah Indonesia harus mampu meyakinkan semua kepala pemerintahan/kepala negara bahwa hasil pertemuan itu sangat penting bagi masa depan dunia. Ia mencontohkan banyaknya negara yang meminta Indonesia untuk mempertemukan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyelesaikan perang Rusia di Ukraina.

Hingga laporan ini disampaikan Kementerian Luar Negeri belum merilis siapa saja pemimpin G20 yang akan hadir atau berhalangan dalam KTT di Bali nanti.

BACA JUGA: Jokowi: Mayoritas Pemimpin Negara Akan Hadir di KTT G20

Dalam pernyataan terpisah di Istana Kepresidenan, Presiden Jokowi mengatakan “tinggal tiga pemimpin yang belum konfirmasi hadir.” Tetapi ia tidak merinci ketiga pemimpin negara itu.

“Recover Together, Recover Stronger,” atau “Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat” menjadi semangat utama Indonesia sebagai Presidensi G20. Sejak awal Indonesia sudah memusatkan perhatian pada tiga prioritas yang dinilai sebagai kunci bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, yaitu: penguatan struktur kesehatan global, transformasi digital dan transisi energi. [fw/em]