Para pemimpin AS, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Jepang plus Uni Eropa, Minggu melakukan pembicaraan formal dan informal termasuk pertemuan kerja mengenai dampak perang di Ukraina pada perekonomian global.
Para pemimpin juga dijadwalkan akan membahas bagaimana mereka mempertahankan komitmen untuk mengatasi perubahan iklim sambil mengatasi kebutuhan pasokan energi yang kritis akibat perang.
Presiden AS Joe Biden memuji berlanjutnya persatuan aliansi global dalam mengkonfrontasi Rusia, ketika ia dan pemimpin G7 lainnya membuat strategi untuk mempertahankan tekanan terhadap Rusia dan mengisolasi Moskow karena invasinya selama berbulan-bulan terhadap Ukraina.
“Kita harus tetap bersatu. Karena Putin sejak awal mengharapkan NATO dan G7 akan pecah namun kita tidak pecah dan tidak akan terpecah, kita tidak bisa membiarkan agresi ini berlangsung dan bebas melakukannya,” ujar Biden.
Biden dan rekan-rekannya bertemu untuk membahas cara-cara untuk mengamankan pasokan energi dan mengatasi inflasi, guna menghindari kejatuhan akibat perang dan perpecahan koalisi global untuk menghukum Moskow.
BACA JUGA: Biden, Para Pemimpin G7 Disebut Sepakati Larangan Impor Emas RusiaG7 dan Uni Eropa diperkirakan akan mengumumkan larangan-larangn impor baru terhadap emas Rusia, yang merupakan larangan terbaru dalam serangkaian sanksi yang oleh kelompok negara demokrasi diharapkan akan semakin mengisolasi ekonomi Rusia karena invasinya terhadap Ukraina.
Para pemimpin juga menyepakati bersama kemitraaan infrastruktur global baru sebagai tandingan dari investasi Rusia dan China di negara-negara yang sedang berkembang.
Kanselir Jerman Olaf Scholz, Minggu (26/6) mengatakan serangan terbaru Rusia terhadap kawasan perumahan di Kyiv menunjukkan pentingnya persatuan internasional dalam mendukung Ukraina.
Scholz, yang memimpin sesi pertemuan pertama G7 tahun ini, menekankan persatuan G7, Uni Eropa dan NATO sejauh ini, dalam mengorganisir dukungan untuk Ukraina. "Kita dengan yakin bisa mengatakan Putin tidak memperhitungkan ini dan itu membuat dirinya pusing, dukungan internasional yang besar untuk Ukraina, tetapi tentu saja juga kegigihan dan keberanian Ukraina dalam membela negara mereka sendiri," ujarnya.
Scholz, sebelumnya menghadapi kecaman dari dalam dan luar negeri karena enggan mengirim senjata berat ke Ukraina. [my/jm]
Your browser doesn’t support HTML5