Konferensi Tingkat Tinggi Pakta Pertahanan Atlantik Utara, alias NATO, dimulai pada Selasa (9/7) waktu AS di Walter E. Washington Convention Center, Washington DC, AS. Para pemimpin delegasi negara anggota maupun mitra NATO mulai berdatangan sejak Senin (8/7) dan akan melangsungkan pertemuan puncak mereka hari Rabu (10/7) dan Kamis (11/7).
Pertemuan puncak NATO tahun ini akan fokus membahas peningkatan pertahanan negara-negara sekutu, yang merupakan inti dari aliansi ini; kemudian dukungan bagi upaya Ukraina dalam mempertahankan diri melawan invasi Rusia, yang menjadi agenda paling mendesak; serta penguatan kemitraan NATO secara global, khususnya di kawasan Indo-Pasifik. Itulah alasan Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru dan Australia untuk ketiga kalinya secara berturut-turut mengikuti KTT NATO.
Mengenai Ukraina, pertemuan NATO kali ini akan kembali membahas dukungan jangka panjang yang lebih besar dan stabil bagi Ukraina, yang sudah mengajukan diri untuk menjadi anggota aliansi itu sejak September 2022, setelah negara itu diinvasi Rusia pada bulan Februari di tahun yang sama.
Meski Kyiv sangat mengharapkan adanya keputusan yang “kuat” mengenai konflik di negaranya, pengamat memperkirakan bahwa Ukraina kemungkinan tidak akan menerima undangan untuk bergabung dengan aliansi NATO kali ini, terlebih konflik itu masih berlangsung.
BACA JUGA: Hadiri KTT NATO di Washington, Erdogan Ingin Perbaiki HubunganTerobosan atau resolusi konflik itu pun belum tentu dapat tercapai melalui KTT di Washington. Putin mengatakan bahwa Ukraina belum “siap” mendiskusikan syarat-syarat resolusi, yang menurutnya termasuk penarikan mundur pasukan Ukraina dari keempat wilayah yang Rusia sebut telah mereka caplok.
Di sisi lain, Ukraina menginginkan “perdamaian yang adil” yang mencakup seluruh wilayahnya. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy akan menghadiri KTT NATO pekan ini untuk mengupayakan hal itu dan mendorong keanggotaan negaranya di NATO pada masa depan.
Sementara mengenai kepentingan NATO di Indo-Pasifik, aliansi itu ingin meningkatkan kerja sama pengembangan kapabilitas industri pertahanan dengan mitra-mitranya di kawasan tersebut. NATO menilai situasi keamanan di kawasan itu saling berkaitan dengan situasi keamanan di Atlantik Utara, sehingga Indo-Pasifik menjadi salah satu topik utama dalam pertemuan kali ini.
Semakin eratnya kemitraan NATO dengan Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru erat kaitannya dengan semakin agresifnya kebijakan China di Laut China Selatan, yang dilintasi 40% perdagangan Eropa.
Selain itu, meningkatnya hubungan Rusia dan Korea Utara, yang pertengahan Juni lalu menandatangani pakta pertahanan bilateral, menurut pengamat, akan semakin mendekatkan Korea Selatan dengan NATO. Belum lagi tuduhan pengiriman pasokan senjata oleh Beijing dan Pyongyang ke Moskow dalam perang melawan Ukraina, yang selalu disangkal oleh China maupun Korea Utara.
Dalam jumpa pers harian di Beijing, hari Selasa (9/7), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengatakan bahwa NATO harus “memperbaiki persepsi kelirunya mengenai China, meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan zero sum game (di mana satu pihak kalah dan pihak lain menang), berhenti menjual kekhawatiran masalah keamanan, serta berhenti membuat musuh imajiner di mana-mana.”
Your browser doesn’t support HTML5
Sementara dalam kaitannya dengan politik Amerika Serikat, KTT NATO akan menjadi ajang bagi Presiden AS Joe Biden menunjukkan kepada pendukung maupun kolega-koleganya di Partai Demokrat, bahwa ia layak untuk tetap menjadi kandidat presiden dari partai itu setelah setelah penampilan debatnya yang buruk akhir bulan lalu.
Gedung Putih pada Senin telah menyangkal pertanyaan tentang sekutu-sekutu NATO yang khawatir bahwa perpecahan di level kepemimpinan di Amerika dapat menggoyahkan KTT NATO yang memperingati 75 tahun aliansinya di Washington pekan ini.
“Kami tidak melihat isyarat itu dari sekutu-sekutu kami sama sekali, justru sebaliknya. Perbincangan kami dengan mereka sebelumnya membahas betapa tidak sabarnya mereka untuk menghadiri KTT ini. Mereka bersemangat menyambut berbagai kemungkinan dan hal-hal yang akan kita lakukan bersama-sama, terutama untuk membantu Ukraina,” ujar Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, hari Senin.
Biden sendiri merupakan pendukung NATO, berbeda dengan pesaingnya, mantan Presiden Donald Trump yang pernah membuat pernyataan-pernyataan yang dianggap anti-NATO.
Analis mengatakan, meskipun para pemimpin NATO sebenarnya khawatir, mereka berhati-hati untuk tidak tampak mencampuri politik AS. [rd/ab]