Pemimpin negara-negara OKI menghimbau perundingan untuk mengakhiri perang saudara di Suriah dan memuji Perancis atas intervensi militer di Mali terhadap para militan.
Para pemimpin negara-negara Islam yang mengadakan pertemuan di ibukota Mesir, menghimbau perundingan untuk mengakhiri perang saudara di Suriah dan memuji Perancis atas intervensi militer di Mali terhadap para militan.
Presiden Senegal Macky Sall dalam pidato di depan ke-57 anggota Organisasi Kerjasama Islam OKI di Kairo – hari Rabu – menghimbau para pemimpin negara-negara Muslim untuk mendukung kedaulatan Mali.
Ia menambahkan, OKI tidak boleh membiarkan “sejumlah kecil teroris melakukan kejahatan, memutarbalikkan agama kita dan memperdalam kebencian terhadap Islam”.
Presiden Mesir Mohammed Morsi yang menjadi tuan rumah KTT itu, telah berulangkali mengecam operasi Perancis di Mali, sementara sekutu-sekutunya yang Islamis di dalam negeri berdemonstrasi di luar Kedutaan Perancis di Kairo untuk memprotes intervensi Perancis.
Dalam pidatonya – Mohammed Morsi – menghimbau anggota-anggota OKI untuk mendukung upaya kelompok oposisi Suriah untuk bersatu dan memulai perubahan. Ia memperingatkan apa yang disebutnya “rejim yang berkuasa” di Damaskus untuk belajar dari sejarah dan tidak menempatkan kepentingannya diatas kepentingan bangsa.
Presiden Senegal Macky Sall dalam pidato di depan ke-57 anggota Organisasi Kerjasama Islam OKI di Kairo – hari Rabu – menghimbau para pemimpin negara-negara Muslim untuk mendukung kedaulatan Mali.
Ia menambahkan, OKI tidak boleh membiarkan “sejumlah kecil teroris melakukan kejahatan, memutarbalikkan agama kita dan memperdalam kebencian terhadap Islam”.
Presiden Mesir Mohammed Morsi yang menjadi tuan rumah KTT itu, telah berulangkali mengecam operasi Perancis di Mali, sementara sekutu-sekutunya yang Islamis di dalam negeri berdemonstrasi di luar Kedutaan Perancis di Kairo untuk memprotes intervensi Perancis.
Dalam pidatonya – Mohammed Morsi – menghimbau anggota-anggota OKI untuk mendukung upaya kelompok oposisi Suriah untuk bersatu dan memulai perubahan. Ia memperingatkan apa yang disebutnya “rejim yang berkuasa” di Damaskus untuk belajar dari sejarah dan tidak menempatkan kepentingannya diatas kepentingan bangsa.