KTT Uni Afrika Hadapi Krisis di Sudan Selatan

Presiden Sudan Omar al-Bashir (depan) tiba di Kigali, Rwanda untuk menghadiri KTT Uni Afrika, Sabtu (16/7).

Para pemimpin Uni Afrika menghadapi isu kekerasan maut di Sudan Selatan dan meningkatnya antipati terhadap Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).

Para pemimpin negara-negara Uni Afrika berkumpul di Kigali, ibukota Rwanda untuk KTT ke-27 yang secara resmi akan dibuka hari Minggu (17/7).

KTT Uni Afrika diadakan menyusul pertempuran beberapa hari antara para pasukan yang bersaing dan ratusan kematian di Sudan Selatan, serta peringatan baru PBB mengenai “malapetaka” yang akan terjadi apabila gencatan senjata yang disepakati awal pekan ini di ibukota Juba, gagal.

Setidaknya 300 orang di kota itu tewas antara 8 dan 11 Juli, dalam pertempuran antara pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir dan saingannya, Wakil Presiden Riek Machar, sebelum kekerasan mereda.

Masih belum jelas bagaimana Uni Afrika akan menghadapi krisis di Sudan Selatan – negara terbaru di Afrika, yang bukan anggota kelompok itu. Para pejabat PBB mengatakan kondisi di negara miskin itu telah memburuk dengan pencurian 4,500 ton pasokan makanan yang dialokasikan bagi warga sipil yang paling membutuhkan di negara itu.

Menjelang pertemuan para kepala negara hari Minggu, beberapa negara anggota telah mendesak Uni Afrika untuk mundur dari Mahkamah Kriminal Internasional di Roma, yang memiliki yurisdiksi di 124 negara terkait berbagai kasus kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.

Para pengecam Mahkamah itu, termasuk Presiden Uganda Yoweri Museveni, mengatakan fokus pengadilan itu hanya terbatas ke Afrika sejak didirikan tahun 2002. [vm]