Para pemimpin 10 anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berkumpul di Phnom Penh untuk mengadakan pertemuan puncak selama dua hari.
Pertemuan ASEAN ini diperkirakan akan membahas sengketa maritim yang sedang memanas dan rencana peluncuran roket Korea Utara.
Tuan-rumah Hun Sen memusatkan perhatian pada masalah ekonomi dalam pidato pembukaannya, Selasa (3/4), mendesak negara-negara peserta untuk berusaha memperkecil kesenjangan antara negara-negara paling kaya dan paling miskin di kawasan itu.
Agenda resmi menekankan pembicaraan mengenai sasaran ASEAN untuk mengembangkan pasar tunggal gaya Eropa dalam waktu tiga tahun mendatang. Tetapi, beberapa peserta telah menyadari para pemimpin tidak akan dapat menghindarkan pembicaraan mengenai masalah keamanan yang mendesak.
Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei semuanya mengklaim bagian-bagian Laut China Selatan yang kaya sumber daya alam, yang membuat mereka berselisih dengan Beijing. Tiongkok mengklaim seluruh jalur pelayaran seluas 3,5 juta kilometer per-segi itu. Filipina dan Vietnam sudah menuduh kapal-kapal Tiongkok melanggar zona ekonomi eksklusif mereka dan mengganggu kegiatan eksplorasi minyak.
Manila telah menyerukan pertemuan puncak negara-negara yang mempunyai klaim atas Laut Cina Selatan untuk mencapai persetujuan mengenai penggunaan laut itu.
Sementara itu, beberapa anggota ASEAN telah mengemukakan keprihatinan akan rencana peluncuran roket Korea Utara bulan ini. Pyongyang mengatakan roket itu akan menempatkan satelit cuaca ke orbit, tetapi Amerika Serikat dan negara-negara lain mengatakan tujuan sesungguhnya peluncuran itu adalah menguji-coba misil yang dapat menghantar senjata atau bom nuklir.
Dalam pertemuan awal hari Senin, para menteri luar negeri ASEAN memuji Burma atas penyelenggaraan pemilu sela legislatif yang memenangkan kursi parlemen bagi pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi. Partainya Liga Demokrasi nasional memenangkan paling sedikit 40 dari ke-44 kursi yang diperebutkan dalam pemilu tanggal 1 April itu.
Tuan-rumah Hun Sen memusatkan perhatian pada masalah ekonomi dalam pidato pembukaannya, Selasa (3/4), mendesak negara-negara peserta untuk berusaha memperkecil kesenjangan antara negara-negara paling kaya dan paling miskin di kawasan itu.
Agenda resmi menekankan pembicaraan mengenai sasaran ASEAN untuk mengembangkan pasar tunggal gaya Eropa dalam waktu tiga tahun mendatang. Tetapi, beberapa peserta telah menyadari para pemimpin tidak akan dapat menghindarkan pembicaraan mengenai masalah keamanan yang mendesak.
Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei semuanya mengklaim bagian-bagian Laut China Selatan yang kaya sumber daya alam, yang membuat mereka berselisih dengan Beijing. Tiongkok mengklaim seluruh jalur pelayaran seluas 3,5 juta kilometer per-segi itu. Filipina dan Vietnam sudah menuduh kapal-kapal Tiongkok melanggar zona ekonomi eksklusif mereka dan mengganggu kegiatan eksplorasi minyak.
Manila telah menyerukan pertemuan puncak negara-negara yang mempunyai klaim atas Laut Cina Selatan untuk mencapai persetujuan mengenai penggunaan laut itu.
Sementara itu, beberapa anggota ASEAN telah mengemukakan keprihatinan akan rencana peluncuran roket Korea Utara bulan ini. Pyongyang mengatakan roket itu akan menempatkan satelit cuaca ke orbit, tetapi Amerika Serikat dan negara-negara lain mengatakan tujuan sesungguhnya peluncuran itu adalah menguji-coba misil yang dapat menghantar senjata atau bom nuklir.
Dalam pertemuan awal hari Senin, para menteri luar negeri ASEAN memuji Burma atas penyelenggaraan pemilu sela legislatif yang memenangkan kursi parlemen bagi pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi. Partainya Liga Demokrasi nasional memenangkan paling sedikit 40 dari ke-44 kursi yang diperebutkan dalam pemilu tanggal 1 April itu.