Ku Klux Klan Bermimpi Bangkit Lagi 150 Tahun Setelah Dibentuk

  • Associated Press

Para anggota Ku Klux Klan berteriak sambil mengibarkan bendera Konfederasi dalam demonstrasi di gedung DPRD South Carolina di Columbia, 2015. (Foto: Dok)

Para pemimpin KKK mengatakan mereka merasa politik di AS sedang berpihak pada mereka, seiring meningkatnya mentalitas nasionalis, 'kami vs. mereka' di seluruh negeri.

Lahir dari abu panas di Amerika Serikat bagian selatan setelah perang saudara, Ku Klux Klan mati dan dilahirkan kembali sebelum kalah dalam perlawanan terhadap hak-hak sipil tahun 1960an.

Keanggotaan menyusut, persatuan kelompok terbelah, dan sejumlah anggota dipenjara karena serangkaian pembunuhan terhadap orang kulit hitam. Banyak yang berasumsi kelompok ini mati, menjadi hantu kebencian dan kekerasan berjubah putih.

Namun sekarang ini, KKK masih hidup dan bermimpi bangkit kembali seperti dulu kala: sebuah kekaisaran tak kasat mata yang menyebarkan tentakelnya ke seluruh lapisan masyarakat. Di tengah perayaan ulang tahun ke-150, Klan mencoba membentuk diri untuk era baru.

Puluhan anggota Klan masih berkumpul di bawah langit Selatan yang bertabur bintang untuk membakar salib di malam yang sunyi, dan brosur KKK telah muncul di daerah pinggiran kota dari pelosok selatan sampai timur laut dalam beberapa bulan terakhir.

"Kami akan mengupayakan persatuan Klan dan/atau aliansi musim panas ini," ujar Brent Waller, pejabat ​United Dixie White Knights di Mississippi.

Dalam serangkaian wawancara dengan The Associated Press, para pemimpin Klan mengatakan mereka merasa politik di AS sedang berpihak pada mereka, seiring meningkatnya mentalitas nasionalis, 'kami vs. mereka' di seluruh negeri.

Para anggota Ku Klux Klan, sekitar tahun 1922.

Menghentikan atau membatasi imigrasi, keinginan Klan yang dimulai tahun 1920an, menjadi tujuan utama mereka. Para pemimpin mengatakan keanggotaan telah meningkat di akhir masa jabatan kedua Presiden Barack Obama, meskipun sangat sedikit yang bersedia menyebutkan angka.

Bergabung dengan Klan sangat mudah jika Anda berkulit putih dan beragama Kristen. Meskipun Klan telah meneror kelompok-kelompok minoritas pada satu abad yang lalu, sikap kekerasan mereka berkurang karena banyak anggota yang dipenjara akibat pembakaran, pemukulan, pemboman dan penembakan.

"Meski saat ini Klan masih terlibat dalam aksi kejahatan, mereka tidak sekejam tahun 60an," ujar Mark Potok dari Pusat Undang-undang Kemiskinan Selatan, sebuah kelompok advokasi yang melacak aktivitas kelompok-kelompok yang dianggap ekstremis.

"Tidak berarti kelompok ini tidak berbahaya dan tidak terlibat dalam kekerasan politik."

Beberapa pihak yang mengamati Klan mengatakan keanggotaan mereka di seluruh negeri mencapai sekitar 6.000 orang.

Meskipun mencoba mengubah citra mereka dalam banyak hal, 150 tahun setelah dibentuk, Klan masih membakar salib, meskipun tidak di tempat umum.

Bulan April, para anggota Klan dan kelompok pendukung supremasi kulit putih lainnya mengadakan dua pawai di Georgia. Saat matahari tenggelam, mereka memegang obor dan berkumpul membentuk lingkaran di sebuah lapangan di barat laut negara bagian itu untuk membakar salib dan swastika Nazi.

"Hidup kulit putih!" seru mereka bersama-sama.

"Kematian untuk orang-orang tak beriman! Kematian untuk para musuh kita!" [hd/dw]