Pemerintah Kuba, Selasa (6/8), mengatakan akan membela diri di hadapan pengadilan Amerika, atas tuntutan perusahaan minyak dan gas raksasa ExxonMobil, yang meminta ganti rugi atas penyitaan aset perusahaannya ketika Fidel Castro berkuasa pada 1950-an.
ExxonMobil minta ganti rugi AS$280 juta dari perusahaan minyak pemerintah Cuba-Petroleo atau Cupet, dan Cimex yang mengoperasikan pompa-pompa bensin di pulau itu.
Tanggal 4 Mei lalu, ExxonMobil menjadi perusahaan Amerika pertama yang memanfaatkan peraturan pemerintahan Presiden Donald Trump yang mencabut penangguhan peraturan tahun 1996 tentang hal itu.
Peraturan itu memungkinkan siapapun yang asetnya disita ketika Fidel Castro berkuasa, untuk menuntut perorangan atau bisnis yang mendapat keuntungan dari perusahaan Amerika yang disita itu.
Peraturan itu telah ditangguhkan pelaksanaannya oleh semua presiden Amerika sebelum ini untuk mencegah timbulnya gesekan dengan sekutu-sekutunya, seperti Uni Eropa yang menganggap tindakan Amerika itu berlebihan.
Fidel Castro mengambil alih kilang milik ExxonMobil, yang dulu bernama Standard Oil, di Havana. Kilang itu kini dioperasikan oleh perusahaan minyak pemerintah, Cuban-Petroleo.
Pemerintah Amerika berharap tuntutan hukum itu akan membuat bangkrut pemerintah Kuba yang sosialis. Tahun 2017 Kuba hanya berhasil menarik AS$2 miliar modal asing, padahal yang dibutuhkan sedikitnya AS$5 miliar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. [ii/pp]