Kepala Badan Geologi Dr Sugeng Mujiyanto meminta seluruh pihak untuk tenang, tetapi tetap waspada terkait aktivitas Gunung Merapi yang meningkat sepanjang Sabtu (11/3). Kubah sisi barat daya yang runtuh telah menyebabkan terjadinya awan panas guguran sebanyak 24 kali hingga Sabtu sore. Material panas yang terbawa bersama runtuhnya kubah lava ini, berpotensi menjadi banjir lahar jika hujan dengan intensitas tinggi terjadi.
“Kalau ada kemungkinan terjadi hujan, mohon antisipasi karena nanti bisa jadi lahar. Aliran lahar yang membawa material-material awan panas tadi, yang memang belum terkompaksi, belum solid, akan terbawa oleh air, yang nanti menjadi lumpur panas, dan akan menyapu apapun,” kata Sugeng dalam pernyataan resmi Badan Geologi, Sabtu (11/3) sore.
Gunung Merapi yang berstatus siaga sejak 5 November 2020, sepanjang hari Sabtu mengalami erupsi awan panas guguran. Ini adalah awan panas yang muncul, karena kubah lava di puncak gunung runtuh, dan material panas meluncur di sepanjang lereng. Material abu vulkanik yang lebih ringan, kemudian tersapu angin hingga ke kota-kota kecil di wilayah Jawa Tengah, seperti Magelang dan sebagian wilayah Wonosobo, dengan jarak sekitar 33 kilometer dari Merapi.
Sejumlah desa di kaki gunung, bahkan dikabarkan berada dalam suasana gelap karena abu sepenuhnya menutup sinar matahari. Hujan abu cukup tebal juga terjadi di kota Magelang, Jawa Tengah. Status Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) oleh otoritas penerbangan dinaikkan menjadi oranye karena kolom abu vulkanik mencapai ketinggian tiga kilometer.
Badan Geologi meminta masyarakat menghentikan seluruh aktivitas pada wilayah berjarak 7 kilometer dari puncak gunung, terutama di sepanjang aliran sungai. Lahar panas biasanya akan turun mengikuti jalur sungai, terutama ketika curah hujan tinggi.
Terbesar Setahun Terakhir
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Agus Budi Santoso menyebut jarak luncuran pada Sabtu mencapai empat kilometer.
“Saat ini ada tim yang sedang melakukan pengambilan data dengan turun di sekitar lokasi untuk memastikan, jarak tersebut. Kemudian juga luasannya, dan juga nanti mudah-mudahan kita dapat volumenya,”ujarnya.
Erupsi Merapi hari ini merupakan yang terbesar sepanjang satu tahun terakhir. Erupsi lebih besar terjadi pada 27 Januari 2021, di mana awan panas beruntun meluncur ke arah kaki gunung sebanyak 52 kali.
BACA JUGA: Satu Dasawarsa Erupsi Merapi: Merawat Ingatan Mitigasi KebencanaanMerapi saat ini, kata Agus, berada dalam kondisi cukup unik, karena memiliki dua kubah lava. Satu kubah berada di sisi barat daya, dan satu kubah ada di sisi tenggara. Erupsi pada Sabtu, terjadi di kubah sisi barat daya. Awan panas kali ini menunjukkan bahwa masih ada suplai magma dari dalam perut gunung.
“Sehingga potensi bahayanya masih tinggi. Potensi untuk keluarnya magma dari dari dalam gunung ini masih tinggi. Itu kenapa status siaga masih ditetapkan,” tambah Agus.
Volume kubah lava Merapi saat ini di bagian tengah sekitar 3 juta meter kubik, sedangkan di bagian barat daya volume kubahnya adalah 1,7 juta meter kubik.
Jawa Tengah Bersiap
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan tim tanggap bencana telah turun ke lapangan untuk pemetaan dan membantu evakuasi warga di daerah terdampak erupsi Gunung Merapi. Tim terdiri dari relawan, BPBD, dan SAR. Kebutuhan logistik, termasuk masker dan tempat pengungsian, juga sudah disiapkan.
Pemerintah Jawa Tengah mencatat, ada tiga daerah terdampak erupsi kali ini , yaitu kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali.
“Sampai sore hari ini sudah kita turunkan dari tim BPBD. Kabupaten Magelang ada tiga tim yang sudah kita terjunkan untuk menuju di tiga kecamatan sekaligus assessment di masing-masing lokasi dan membawa bantuan masker karena ini yang pertama dibutuhkan,” kata Ganjar.
Ganjar menginstruksikan apabila situasi meningkat, evakuasi warga akan segera dilakukan. Kepala daerah di Magelang, Klaten, dan Boyolali diminta ikut turun untuk memimpin penanganan di lokasi termasuk menyiapkan logistik.
“Mudah-mudahan masyarakat termasuk kawan-kawan di kades, relawan, di BPBD, SAR, dan semua yang ada di sana segera bisa turun membantu. Tempat pengungsian sudah ada sebenarnya, tinggal itu disiapkan saja karena sebenarnya masyarakat di sana relatif terlatih,” tambahnya.
Ganjar menambahkan, “Saya minta untuk kepala daerah yang ada di Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali untuk bisa membantu memimpin kondisi ini agar kemudian bisa mengarahkan warga yang ada di sana, termasuk logistik disiapkan semuanya.” [ns/ah]