Kebiasaan orang menggunakan tas plastik, biasa disebut kresek, saat Idul Adha menghasilkan jutaan sampah plastik. Situasi itulah yang menggerakkan sekelompok pemuda di Bandung, Jawa Barat, memulai gerakan "Patungan Besek" untuk mengganti wadah daging kurban.
Gerakan ini digawangi studio produk bambu Studio Dapur dan komunitas mitigasi bencana Pahlawan Bencana, dibantu Perhimpunan Pecinta Alam Sadagori SMAN 5 Bandung. Maulana Fariduddin dari Studio Dapur mengatakan, “Itu kan dalam satu hari serentak semuanya dari seluruh Indonesia menggunakan plastik untuk berkurban, Itu mengakibatkan jumlah plastik yang melonjak tiba-tiba dalam satu hari (s)aja,” ujarnya saat ditemui di Bandung, Sabtu (10/8) sore.
Gagasan mengganti tas plastik terinspirasi dari upaya serupa dan kebijakan besek di ibu kota.
“Itu yang berusaha kita minimalisir efeknya. Dengan mengganti plastik jadi besek, setidaknya plastik itu berkurang. Enggak melonjak tiba-tiba,” imbuhnya.
BACA JUGA: Besek, Daun Pisang Gantikan Plastik untuk Bungkus Hewan KurbanJika 2.200 masjid yang ada di Kota Bandung menggunakan kantong plastik untuk wadah daging kurban, Studio Dapur memperkirakan, akan ada Rp 1,9 juta sampah kresek saat Idul Adha. Karena itu, ujar Maulana, gerakan ini ingin mengembalikan masyarakat pada wadah-wadah yang ramah lingkungan.
“Mungkin kalau buat mengubah ke sana lagi memang susah dan butuh waktu lama. Setidaknya sadar dari diri sendiri dulu, dari lingkungan terdekat, dan sadar dengan apa sih yang bisa kita udah,” ujarnya.
Besek Terkumpul Jauh Melampaui Target
Awalnya, mereka menargetkan uang Rp6 juta untuk 3.000 besek. Namun, dalam waktu tiga hari saja, uang yang terkumpul sampai lima kali lipat.
“Pas itu daftar orangnya udah banyak banget. Wah ini gimana nih, berapa nih? Ya ini sudah 35 juta, kita mau ngapain? Ada nggak ya beseknya? Terus kalau udah dapet 15.000, bakal didistribusikan ke mana saja ya? Baru kerasa paniknya,” kisah Maulana sambil tertawa.
Studio Dapur pun bergegas menghubungi mitra perajin di Singaparna dan Kampung Naga, keduanya di Tasikmalaya, untuk menambah stok. Dengan tambahan suplai sana sini, mereka berhasil mengumpulkan 15.000 besek, jumlah distribusi terbesar se-Indonesia tahun ini. Besek didistribusikan ke-11 lokasi di Jakarta, 22 lokasi di Bandung, dan tiga lokasi di Tasikmalaya.
Rafi Dean dari Pahlawan Bencana, yang membantu proses distribusi, mengatakan mereka bekerja sama dengan panitia kurban di lingkungan rumah masing-masing.
“Kenapa kita memprioritaskan lingkungan terdekat dulu? Pertama, untuk memudahkan controlling-nya. Supaya kita bisa melakukan kontrol dan memastikan kampanye ini tersampaikan dengan baik,” ujar Rafi.
Pihaknya juga ingin memastikan bahwa masyarakat mengerti pesan lingkungan yang disampaikan.
“Takutnya ketika besek-nya sudah ada, tapi pakai plastik lagi. Kan jadinya percuma. Nah makanya untuk memastikan itu, kita prioritaskan lingkungan terdekat dulu yang sudah mengerti dan sudah pernah berelasi dengan Studio Dapur dan Pahlawan Bencana,” Rafi menerangkan.
Panitia kurban Musala An-Nur, Cibiru Hilir, Bandung, yang menerima ratusan besek, menyambut positif. Pengurus masjid, Andi Sukandi, mengatakan penduduk senang karena besek bisa dimanfaatkan ulang.
“Kami sebagai panitia juga merasa senang ikut menggunakan besek untuk kebaikan lingkungan,” jelasnya ketika dihubungi VOA.
Masyarakat Kini Lebih Peduli Isu Lingkungan
Penyediaan besek saat Iduladha juga digalakkan di kota-kota lain seperti Jakarta, Semarang, dan Denpasar. Masjid Istiqlal di Jakarta juga menggunakan besek dan plastik ramah lingkungan.
Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB), yang mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan, menilai perhatian masyarakat pada isu lingkungan memang terus naik. Staf program Zero Waste YPBB, Anilawati Nurwakhidin mengatakan, “Jadi secara umum memang kepedulian masyarakat meningkat. Setidaknya ini kalau dibilang ‘ah itu mungkin hanya tren’ ya nggak apa-apa. Kita mulai dari tren saja,” jelasnya kepada VOA.
Your browser doesn’t support HTML5
Meskipun begitu, Anil mengatakan, masyarakat masih terjebak sendok dan wadah plastik sekali pakai. Akibatnya sampah pun makin menggunung.
“Kita memang perlu lebih cermat melihat selama ini, (barang) apa yang cuma sekali pakai? Itu yang kemudian perlu dipikirkan alternatifnya,” Anil menjelaskan.
Untuk Idul Adha ini, ujar Anil, ada banyak cara untuk mengurangi sampah. Misalnya berbelanja dan memasak secukupnya, supaya tidak ada sampah makanan. Selain itu, hindari minuman kemasan dan wadah plastik ketika menjamu tamu. Justru, kata dia, gunakan peralatan dapur pecah belah.
“Kita bisa keluarin koleksi piring lama, mangkok lama, gelas yang ada berlusin-lusin, kotak makanan pun biasanya sudah dipajang di lemari tapi mungkin gak sering dipakai,” kata Anil.
Fuad Rahman dari PPA Sadagori, yang terlibat dalam pendistribusian besek, berharap masyarakat bisa menerapkan diet plastik dalam kehidupan sehari-hari. “Bukan pada saat Idul Adha saja, tapi ke depannya juga mereka lebih sadar tentang sampah plastik dan yang ramah lingkungan.” [rt/ab/ka]